Wednesday, April 3, 2013

Kisah Invasi AS ke Irak: Sepuluh Tahun, Sepuluh Masalah

Tentara AS di Baghdad, Irak. (AP/Maya Alleruzzo)

(IMP) -- Prospektus palsu yang mendasari perang itu diperkirakan akan membuat Washington terbebani sedemikian banyak biaya untuk perawatan kesehatan para veteran dan membayar bunga pinjaman. Perang Irak diperkirakan akan menjadi sangat mahal bagi AS. Berikut 10 masalah yang dihadapi AS dari keputusannya menginvasi Irak pada 2003.

1. Alqaidah tidak pernah hadir di Irak sebelum invasi AS tahun 2003. Setelah AS dan sekutunya masuk ke Irak, sebuah organisasi yang bernama Alqaidah di Irak (AQI) terbentuk, dan secara regular menyerang pasukan AS, Irak, dan penduduk sipil. Pada 2013, AQI memperluas basis dan kemampuan teknis tempurnya ke Suriah, Yordania, dan Libya. Jika Irak menjadi ‘front’ bagi perang melawan terorisme, ini adalah front buatan AS.

2. Konflik diperburuk oleh Perang Irak. Iran dan Korea Utara sama sekali tidak terintimidasi oleh invasi AS ke Irak pada 2003, dan tidak menghentikan niat keduanya memiliki senjata pemusnah massal. Perang di Afghanistan juga menjadi lebih panjang akibat invasi AS ke Irak, dan kekerasan di Pakistan terus meningkat, yang mengakibatkan besarnya biaya militer dan nyawa yang hilang.

3. AS berniat membangun negeri yang lebih demokratis di atas puing-puing republik yang ditinggalkan Saddam Hussein. Kenyataannya, ketika Irak membangun institusi dan mempraktikkan demokrasi, korupsi merajalela. Situasi menjadi lebih parah ketika PM Nouri al- Maliki membentuk Fedayeen al-Maliki, kelompok paramiliter beranggotakan 6.000 Pasukan Khusus untuk dirinya. Pasukan di bawah komando langsung al-Maliki. Nadje al-Ali, dari London’s School of Oriental and African Studies (SOAS), menemukan keterwakilan wanita secara politik di pemerintahan dan dunia kerja masih sangat kecil. Sedangkan, sebagian besar penduduk tidak memiliki pekerjaan, buta huruf, dan miskin.

4. Tentara yang kembali dari medan perang Irak dan Afghanistan berisiko mengalami penyakit pernapasan dan kardiovaskular, dibanding prajurit yang kembali dari medan perang lainnya. Partikel debu beracun di Irak berukuran 2,5 sampai 10 mikron yang terlalu kecil untuk disaring paru-paru manusia. Roger Miller, pakar paru-paru RS Universitas Vanderbilt, mengatakan, residu beracun dari pembakaran belerang atau ledakan ranjau kemungkinan menjadi penyebab gangguan pernapasan sejumlah veteran Perang Irak. Situasi lebih mengerikan dihadapi penduduk Irak, yang harus hidup selamanya dengan debu beracun dan polusi yang dihasilkan pesawat tempur.


5. * Jumlah psikiater yang bekerja di Irak saat ini kurang dari 0,05 per 100 ribu orang. Setelah invasi 2003, sekitar 18.000 dokter melarikan diri dari Irak. Beberapa telah kembali, tapi pada 2012 hanya 84 psikiater dan 22.000 dokter yang tersedia untuk jumlah penduduk 31 juta orang.
* Mac Skelton dan Omar Dawichi, keduanya dari Universitas Amerika di Beirut, menemukan banyak orang Irak pergi ke luar negeri, seperti India, Turki, Yordania, dan Lebanon untuk perawatan onkologi dan bedah. Keduanya juga menemukan, perawatan dasar untuk penyakit-penyakit tertentu dan program imunisasi anak telah tertinggal.

6. Jumlah minimum korban terbunuh dalam perang diperkirakan 190 ribu orang. Mayoritas yang menjadi korban adalah warga sipil. Sedangkan, prajurit AS yang mati mencapai 4.488. Lebih dari 3.400 lainnya kontraktor asal AS. Sedangkan, anggota polisi Irak yang menjadi korban mencapai 11.000 orang. Korban dari sekutu AS mencapai 318 dan 62 lainnya pekerja kemanusiaan. Menurut Catherine Lutz dari Universitas Brown, yang masih tidak diketahui adalah berapa jumlah kontraktor yang tewas atau terluka. Sedangkan, Neta C Crawford, juga dari Universitas Brown, tidak setuju dengan angka kematian penduduk sipil yang disebut di atas. Karena, katanya, mungkin terlalu sedikit warga sipil yang tewas akibat kekerasan. Jumlah yang paling besar justru tewas akibat hancurnya infrastruktur kesehatan.

7. Korban bunuh diri di kalangan militer aktif AS yang bertugas di Irak mencapai 349. Jumlah ini diperkirakan akan terus tinggi karena trauma yang dibawa tentara dari medan perang bisa berlangsung lama meski mereka tidak lagi bertugas.

8. Jumlah warga AS, pria dan wanita, yang dikerahkan di Irak dan Afghanistan mencapai 2,5 juta. Lebih 1,5 juta telah meninggalkan tugas aktif dan menjadi veteran yang menerima tunjangan medis akibat cacat. Linda Bilmes, dari Universitas Harvard, menunjukkan veteran yang sangat sakit didiagnosa mengalami masalah mental. Tingginya tingkat cedera otak traumatis, kebutuhan untuk protesis, dan gangguan musculoskeletal, yang dialami veteran Perang Irak menjadi beban yang tak mudah diatasi bagi Veteran Affairs. Biaya perawatan veteran Irak dan Afghanistan akan meningkat dari tahun ke tahun, dan Bilmes memperkirakan akan mencapai 970 miliar dolar AS pada 2035.

9. Biaya Perang Irak yang dibebankan kepada pembayar pajak AS, sebelum ditambahkan biaya perawatan untuk masa depan veteran dan bunga pinjaman biaya perang, mencapai 1,7 triliun dolar AS. Sedangkan, pemerintah George W Bush memperkirakan perang Irak akan menelan biaya 50 miliar dolar AS sampai 60 miliar dolar AS.

10. Beban bunga pinjaman untuk biaya Perang Irak diperkirakan mencapai empat triliun dolar AS pada 2053. Ini disebabkan AS tidak meningkatkan pajak untuk membiayai perang di Irak dan Afghanistan. Ryan Edwards, dari Queens College, memperkirakan biaya bunga yang harus dibayarkan untuk kedua perang itu akan mencapai 7,5 triliun dolar AS. Irak akan mendapat beban pembayaran 54 persen dari seluruh biaya bunga yang dikeluarkan.





No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...