Sunday, December 29, 2013

Indonesia eyeing Russian submarines


Makassar, South Sulawesi. (IMP) -- The Indonesian military (TNI) chief Gen. Moeldoko, confirmed that TNI is studying the possibility of strengthening its submarine fleet with Russian Kilo Class submarines. 

"Currently we are still studying and calculating the plan to strengthen our defense in the water territory. It would be great if we could acquire the Kilo Class submarines, which have a long firing range of guided missiles," Moeldoko said here on Sunday.

The type of Kilo Class submarine named Kiloklav could hit a target as long as 400 kilometers away from sub-surface to surface. 

Earlier the Navy chief of staff Admiral Marsetio said a navy technical team would be sent to Russia to study a submarine offer.

Indonesia will also acquire three units of submarine from South Korea to add to the two units the navy already has at present. 

One of the two units is the 209 class type from Germany and the other one was from South Korea with almost the same type as the one from Germany .

The two submarines have been modified into combat management, which has greater attacking capability. 

Meanwhile, the TNI is also awaiting the arrival of Apache helicopters from the United states. This type of military helicopters have been used only by a number of countries including the United States itself and Singapore. 

TNI has also ordered a number of Leopard tanks which are considered among the best in the world .

From France and Britain ,Indonesia plans to import equipment for air defense system .

Moeldoko said he also wants that the TNI could have Sukhoi 35, the latest series of Russian Sukhoi fighter aircraft.

He said most of the types of war equipment are expected to be displayed at the armed force day in Surabaya on Oct. 5. 

"This is to send a message that the president has taken a progressive step toward modernization of the Indonesia defense system," he said, adding "in ASEAN standard our defense equipment would be promising."

Marsetio said a technical team would leave for Russia in January, 2014 to study the Russian offer to sell submarines to Indonesia.

"Indonesia still need more units of submarine to strengthen our navy and protect the countrys sovereignty from the sea," he said.

He said seas make up two third of the countrys territory, therefore, ideally the country would need at least 12 units of submarine.

"If Indonesia is to buy the Russian submarines, the country would be the first in Asia to have kilo class submarines," he said.

Defense Minister Purnomo Yusgiantoro said currently negotiation is underway with Russia on the offer to sell kilo class submarines.

"We would prefer ones equipped with Club S guided missiles that could hit a target 400 kilometers away," Purnomo said.

Club S guided missile is launched from under the water surface to hit a floating target, he said.

"This type of war equipment is a killer missile which has a firing range of 400 kilometers," he added.

He said the units of submarine Indonesia wants to buy must be suitable for the countrys eastern regions, which have deep seas. 

He said Indonesia plans to build up to 40 units of guided missile speed boat (KCR) measuring 40-60 meters until 2024 to meet the navys requirement in western part of the country. 


Friday, December 27, 2013

Pesawat T-50i Kesembilan dan Kesepuluh Datang

Pesawat T-50i kesembilan dan kesepuluh datang dengan skema warna non aerobatic, namun menggunakan skema warna Tempur Taktis (all photos : Francis Neri)


(IMP) -- Komandan Lanud Balikpapan Kolonel Pnb Ir Tri Bowo Budi Santoso,MM menyambut kedatangan dua jet latih tempur T-50i Golden Eagle yang dipesan Republik Indonesia dari Korean Aerospace Industries (KAI). Tepat pukul 15.40 dua pesawat T-50i landing di baseops Lanud balikpapan untuk melaksanakan transit dan pengisian bahan bakar sebelum meneruskan perjalanannya esok hari menuju Pangkalan Udara (Lanud) Iswahjudi di Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, rabu (25/12).

Dua pesawat tersebut merupakan pesawat ke-9 dan ke-10 dari total 16 pesawat yang Negara Indonesia pesan dengan no seri TT 5009 dan TT 5010. Selanjutnya pesawat tersebut akan berada di bawah koordinasi TNI Angkatan Udara untuk meningkatkan kekuatan alat utama sistem persenjataan atau alutsista Negara Indonesia.


Pesawat T-50i Golden Eagle tersebut akan menempati rumah barunya (home base) di Skuadron 15 Lanud Iswahjudi. Selanjutnya pesawat T-50i Golden Eagle akan menggantikan pesawat Hawk Mk-53, dikarenakan Pesawat Hawk MK-53 tidak akan digunakan lagi karena sudah tua dan mulai kesulitan mencari suku cadangnya.

Sebagai pesawat jet latih tempur, pesawat T-50i juga bisa di gunakan untuk misi pertempuran di udara. Untuk menambah daya tempur pesawat T-50i Golden Eagle juga bisa dilengkapi dengan persenjataan yang dapat digunakan dalam berbagai misi. Diantaranya AIM-9 Sidewinder, bom MK-82, BDU-33, AGM-65 Maverick, MK-20 Cluster Bomb Unit, dan bom pintar JDAM. (pentak Lanud Bpp)

Saturday, December 21, 2013

Ratusan eks Organisasi Papua Merdeka kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Papua, (IMP) -- Pemerintah Provinsi Papua akan menggelontorkan dana hingga Rp 380 miliar untuk rekonsiliasi aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang telah turun gunung dan kembali bergabung dengan masyarakat di Puncak Jaya.

"Menyambut baik kembalinya kelompok yang selama ini berseberangan. Ini wujud nyata dari langkah-langkah yang diambil selama ini," ujar Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, Jumat, 20 Desember 2013.

Karena itu, guna memberdayakan serta melibatkan mereka dalam proses pembangunan yang sedang berlangsung, Pemerintah Provinsi akan menyiapkan anggaran untuk membangun rekonsiliasi.

"Dana senilai Rp 380 milliar sudah disiapkan guna menyambut mereka yang telah turun gunung," katanya.

Menurut Lukas Enembe, dana yang disiapkan akan diwujudkan dalam berbagai program antara lain membangun perumahan yang layak dan memberikan pelatihan dalam berbagai keahlian. Dana itu tidak dikhususkan untuk ratusan eks OPM yang ada di Puncak Jaya, tapi untuk daerah konflik lainnya.

"Kalau ada daerah lain yang berhasil merangkul kelompok yang berseberangan, Pemprov juga akan mengulurkan dana ke daerah itu," katanya.

Menurut gubernur, kembalinya anggota OPM kepada masyarakat hasil dari membangun komunikasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah. Namun yang lebih penting adalah kesadaran dari mereka sendiri.


Gubernur berharap, semua pihak tanpa terkecuali, menerima mereka kembali sebagai warga Indonesia dan melibatkannya dalam proses pembangunan. Sejumlah eks OPM yang turun gunung meminta untuk sekolah dan menjadi PNS. Sebagian dari mereka bahkan sudah ada yang jadi personel Satuan Polisi Pamong Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten.



Friday, December 20, 2013

Palindo Batam Kembali Akan Luncurkan 1 KCR 40 Dan 2 KAL


Batam, (IMP) -- Satu lagi kapal perang (KRI) dan 2 kapal angkatan laut (KAL) buatan Batam diluncurkan untuk memperkuat armada jajaran TNI Angkatan Laut. Kapal produksi PT. Palindo Marine Shipyard, Batam ini akan diresmikan penggunaannya oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro.

KRI yang dioperasikan hari Sabt besok (20/12) adalah kapal cepat rudal (KCR) Alamang-644. Komandan Lanal Batam Kolonel Laut (P) Denih Hendrata mengatakan, Alamang-644 adalah jenis KCR-40.

Kapal yang keseluruhan proses pembuatannya di PT Palindo Marine Industries, ini akan dilengkapi dengan sistem persenjataan modern berupa Sensor Weapon Control (Sewaco), meriam kaliber 30 MM 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) serta peluru kendali.



Sebelumnya KCR dengan tipe yang sama yakni KRI Kujang-642 dan KRI Clurit 641 juga diluncurkan dari Batam.

Selain peluncuran KRI, menhan juga akan meresmikan pengoperasian dua kapal Angkatan Laut (KAL) yakni KAL Bireun dan KAL Kumai dengan panjang kurang lebih 28 meter.

KAL merupakan kapal patroli yang berfungsi untuk mendukung Pangkalan TNI AL (Lanal) dalam melaksanakan tugas-tugas patroli keamanan laut dan tugas-tugas dukungan lainnya.


Tuesday, December 17, 2013

PT. DI Serahkan 3 CN 295 dan 6 Bell 412 EP kepada Kemenhan

Deretan pesawat dan helikopter pesanan diparkir sebelum diserahkan kepada pemesan di Hanggar PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) Bandung, Jawa Barat (photo : bisnis jabar)

Jakarta, (IMP) -- PT. Dirgantara Indonesia menyerahkan tiga pesawat CN 295 dan enam helikopter Bell 412 EP kepada Kementerian Pertahanan. Acara serah terima alutsista itu digelar di hangar Dirgantara Indonesia Bandung, Selasa (17/12/2013). 

Menurut keteranan dari Dinas Penerangan TNI, ketiga unit pesawat CN 295 tersebut merupakan bagian dari rangkaian pembelian sembilan unit pesawat CN 295 yang dilakukan oleh Kemenhan pada 2012. Sebelumnya Kemenhan telah menerima dua pesawat CN 295 dan telah menyerahkannya kepada TNI AU.

CN 295 adalah pesawat berdimensi panjang 24,50 meter, lebar 8,66 meter dan, panjang sayap mencapai 25,81 meter dengan kemampuan jelajah 400 km/jam dan daya angkut sampai dengan 6.000 kilogram.


Pesawat itu akan digunakan sebagai penunjang misi militer TNI, misi kemanusiaan, dan pengiriman logistik. Sebelum menggunakan pesawat CN 295, TNI menggunakan pesawat Fokker F-27.

Adapun enam helikopter Bell 412 EP akan dioperasikan oleh TNI AD. Helikopter ini merupakan helikopter bermesin Twin Turbine Pratt & Whitney PT6T-3D Twin-Pac Engines yang mampu terbang pada ketinggian 5.000 kaki dengan kecepatan 240 km/jam selama 3,7 jam.

Helikopter ini memiliki daya angkut 15 crew. Satu helikopter Bell 412 EP juga diserahkan kepada Kepolisian Republik Indonesia dan dua unit Helikopter AS365 N3-Dauphin kepada Badan SAR Nasional (Basarnas).

Berita acara serah terima tersebut ditandatangani oleh Direktur utama Dirgantara Indonesia, Budi Santoso dan Kepala Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan, Laksmana Muda TNI Ir. Rahmat Lubis.

Acara itu juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kabasarnas Letjen TNI (Mar) Alfan Baharuddin, dan Kapolri Jenderal Polisi Sutarman.


China Sepakat Bantu Indonesia Bangun Sistem Peluru Kendali


Jakarta, (IMP) -- Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia tidak mengincar sistem peluru kendali jarak jauh yang dapat menjangkau antarbenua. Indonesia justru ingin membangun sistem peluru kendali jarak menengah yang bisa menembakkan rudah berjarak 150-300 kilometer.

“Peluncur peluru kendali antarbenua tidak masuk dalam agenda Indonesia. Keinginan Indonesia tidak muluk-muluk,” kata Purnomo usai menerima kunjungan Menteri Pertahanan China Jenderal Chang Wanquan di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta. Senin 16 Desember 2013. 

Purnomo menyatakan, saat ini kementeriannya tengah membahas pembelian kapal selam jenis Kilo dan Amur dari Rusia. Kemenhan juga sudah menyetujui kemungkinan penggunaan rudal Club S, yakni rudal antikapal jarak jauh yang diluncurkan dari bawah permukaan air. Jenis peralatan tempur ini termasuk kategori misil pembunuh yang mempunyai jarak tembak hingga 400 kilometer.

Rudal Club S itu akan melengkapi rudal lainnya yang telah dioperasikan oleh TNI AL, yaitu Yakhont. Kemampuan rudal Yakhont dapat menempuh jarak hingga 200 kilometer. 

“Yang kami bangun saat ini yaitu kemampuan peluru kendali yang bisa mencapai 100, 150, 200, 250, dan 300 kilometer, apakah itu dilemparkan dari kapal selam atau pesawat tempur,” kata Purnomo.



Untuk kerjasama militer dengan China, Purnomo mengatakan saat ini Indonesia tengah membahas mekanisme transfer teknologi Rudal C-705 yang akan digunakan oleh Angkatan Laut Indonesia. Rudal C-705 ketika diluncurkan dapat menempuh jarak 150 kilometer.

Ini merupakan bagian dari kerjasama industri pertahanan kedua negara. Kerjasama itu tertuang dalam nota kesepakatan yang ditandatangani Wakil Menteri Pertahanan dan Kepala Badan Pengembangan Teknologi dan Industri Nasional Pertahanan Cina.

Dalam nota kesepakatan itu, disepakati lima hal pokok, antara lain pembelian senjata tertentu harus dilakukan antarpemerintah atau Government to Government. Selanjutnya, alih teknologi peralatan militer tertentu mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi,upgrade, dan pelatihan.

Selain itu ada pula produksi dan pemasaran bersama atas produk persenjataan tertentu yang disepakati antara lain rudal kendali C-705. Kesepakatan pembuatan rudal tersebut dibahas ketika digelar pertemuan di Beijing antara perwakilan Kemhan kedua negara pada tahun 2012.

Saat itu disepakati pembuatan bersama rudal antikapal C-705 akan direalisasikan oleh Kemhan serta Badan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri Pertahanan Negara (SASTIND) China. 

Rudal C-705 merupakan pengembangan dari C-704. Bentuknya lebih menyerupai miniatur C-602. Pengembangan rudal baru ini fokus ke tiga hal, yakni elemen mesin, hulu ledak, dan sistem pemandu. Desain modular dari mesin baru meningkatkan jangkauan rudal yang sebelumnya 75-80 kilometer menjadi hingga 170 kilometer, dengan jarak efektif 140 kilometer jika didukung sistem targeting di balik cakrawala (OTHT).

C-705 dipersiapkan untuk mengandaskan kapal perang lawan yang berbobot hingga 1.500 ton (kelas light corvette). Daya hancur yang dihasilkan rudal C-705 bisa mencapai 95,7 persen, ideal untuk menenggelamkan kapal.


Dengan Rudal K-77M Absolute Killer Sukhoi TNI AU Jadi Pemangsa Mematikan


Jakarta, (IMP) -- Para produsen pesawat tempur kini terus berusaha menciptakan pesawat tempur generasi kelima, dimana para pengamat keudaraan menyatakan, “The future is now. There is a new era in military aviation: the F-22 Raptor, the F-35 Lightning II and the T-50 PAk FA– the world’s only 5th Generation Fighters.” Jadi kesimpulannya persaingan utama pesawat tempur generasi kelima sementara ini hanya akan terjadi antara pesawat F-22 dan F-35 buatan Amerika Serikat dengan T-50 PAK FA produksi Rusia.

Pesawat generasi kelima dirancang untuk menggabungkan berbagai kemajuan teknologi di atas jet tempur generasi keempat. Karakteristik yang tepat dari jet tempur generasi kelima yang kontroversial dan hanya samar-samar diketahui detail datanya. Pabrik pesawat Lockheed Martin mendefinisikan mereka memiliki semua aspek-siluman (stealth) termasuk ketika pesawat itu lengkap dipersenjatai. Dengan kelengkapan teknologi Low Probability of Intercept Radar (LPIR), high-performance air frames, advanced avionics features dan highly integrated computer systems, pesawat akan terintegrasi dalam sebuah sistem yang memudahkan penerbang dalam melaksanakan tugasnya dalam teater pertempuran udara.

Kini satu-satunya pesawat generasi kelima saat ini yang sudah siap tempur dan beroperasi adalah F-22 Raptor, yang dipergunakan Angkatan Udara AS (US Air Force) sejak tahun 2005. F-22 Raptor kini adalah unggulan USAF yang oleh Lockheed dikatakan sebagai “advanced stealth, extreme performance, information fusion and advanced sustainment.” Pemerintah AS tidak mengijinkan F-22 dijual kepada negara manapun karena itulah tulang punggung pertahanan udara mereka. Sementara F-35 kini sudah dijual kepada sekutu-sekutunya dan dipersiapkan sebagai fighter bomber canggih yang dipersiapkan akan mampu menyusup hingga kegaris belakang musuh. 

Dilain sisi, pesawat tempur generasi kelima Rusia dan Cina diharapkan akan memasuki tahap operasional pada tahun 2017 dimana kini dalam pengembangan lebih lanjut akan sukses bersama-sama dengan kemajuan dari F-35. Bahkan F-35 yang dipergunakan oleh USMC (Marinir AS) kini sudah dikembangkan berkemampuan STOL (Short Take Off and Landing).


Dalam menghadapi persaingan keunggulan di udara, para produsen di Rusia memunculkan design rudal baru dengan kode K-77M , disebutkan oleh Russia Today sebagai “absolute killer.” K-77M mempunyai keunggulan dibandingkan air to air missile lainnya karena implementasi dari “active phased array antenna (APAA),” yang pada dasarnya memecahkan masalah lock- on dengan membahas masalah esensial bidang pandang dari radar. Menurut Rusia Today, K-77M pada dasarnya menerapkan solusi yang mirip dengan sistem rudal SAM (Surface to Air Missile) Patriot buatan Raytheon.

Rudal K-77M pada dasarnya disiapkan untuk melengkapi pesawat tempur Rusia T-50 PAk FA, yang akan membuat pesawat generasi kelima Rusia itu semakin diminati pembeli. K-77M adalah rudal yang paling akurat di kelasnya. Gabungan antara kemampuan “fire-and-forget” dan “single-shot kill.” Sistem ini bertujuan untuk menggagalkan setiap manuver penghindaran pesawat musuh dari ancaman K-77M hingga tidak memungkinkan target dapat melarikan diri.

Rusia Times mencatat bahwa Mikhail Vershinin, chief engineer dari biro desain Detal, perusahaan negara Rusia yang berbasis di kota Kamensk-Uralsky di Ural berharap akan memulai produksinya pada tahun 2015 setelah didirikannya fasilitas produksi. Dengan dilengkapi K-77M, maka T-50 PAK FA akan menjadi pembunuh yang sulit ditandingi. Para pengamat militer menyebutkan bahwa Amerika Serikat tampaknya saat ini tidak memiliki rudal udara ke udara ataupun yang sedang dalam pembuatan yang dapat bersaing dengan akurasi K-77M tersebut.

Yang menarik, K-77M juga dilaporkan kompatibel untuk dipasang pada pesawat tempur Sukhoi generasi sebelumnya juga. Sistem rudal canggih sepenuhnya kompatibel dengan sistem komunikasi digital dari jet tempur generasi kelima, tetapi dikatakan K-77M dipastikan bisa digunakan pada jet tempur modern dari generasi sebelumnya. Ini berarti absolute killer dapat dipergunakan untuk melengkapi persenjataan pesawat Sukhoi yang kini dimiliki oleh TNI AU.

Dengan demikian, maka dalam menjaga kedaulatan negara di udara, nampaknya apabila K-77M siap beroperasi dan Sukhoi TNI AU diberi persenjataan ini, maka Sukhoi TNI AU akan menjadi pemangsa udara teratas yang mematikan. Apabila dibandingkan, akan semakin sulit bagi pesawat-pesawat tempur yang dimiliki negara-negara tetangga di Asia Tenggara, termasuk Australia dapat meloloskan diri dari sergapan penerbang-penerbang TNI AU. Hanya dengan satu tembakan rudal diluncurkan, kemudian tinggal pergi, lupakan, pesawat lawan akan runtuh tanpa mampu menghindarinya.


Friday, December 13, 2013

Hasil Raker Tertutup Komisi I-Kemenhan soal Kapal Selam

KOMITE Kebijakan Industri Pertahanan memaparkan rencana pembangunan kapal selam di dalam negeri. Butuh biaya sekitar 300 juta dollar AS, pembangunan itu diyakini punya manfaat jangka panjang. 

Senayan, (IMP) -- Komisi I DPR menggelar rapat kerja dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan. Hadir dalam rapat pada Rabu (11/12) ini Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Kepala Staf TNI AL Laksamana Marsetio.

Raker tertutup ini membahas pelaksanaan pembangunan kapal selam ketiga wujud kerja sama PT PAL dengan perusahaan plat merah Korea Selatan. Raker juga membahas rencana strategis untuk memberdayakan industri pertahanan nasional.

"Kami memaparkan kebutuhan infrastruktur yang diperlukan guna membangun pangkalan kapal selam. Sebab, pembuatan kapal selam memerlukan pangkalan dan galangan khusus," ujar Kepala Staf TNI AL Laksamana Marsetio usai rapat.

Menurut Marsetio, dua dari tiga unit kapal selam yang dipesan dari Korsel sudah dikerjakan di Negeri Gingseng. Kedua kapal itu akan tiba pada 2017. Sedangkan satu unit sisanya akan digarap di PT PAL, Surabaya Jawa Timur, dengan cara alih teknologi.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menambahkan, pembangunan kapal selam sendiri di dalam negeri membutuhkan anggaran sekitar 300 juta dollar AS. Angka segitu jelas tidak kecil. Tapi, sergahnya, "Nanti bisa dipakai lama dan sekaligus berfungsi sebagai dok untuk pemeliharaan dan perbaikan kapal selam yang rusak."


INDONESIA ditawari Rusia 10 unit kapal selam bekas sebagai hibah. Tak langsung mengiyakan, DPR dan pemerintah sepakat mengirim tim untuk melihat kondisi kapal selam itu. Kalau ternyata bagus, TNI AL mau ambil?

Kapal selam Kilo class buatan Rusia (photo : Indian Navy)

Senayan, (IMP) -- Komisi I DPR menggelar rapat kerja dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan. Hadir dalam rapat tertutup ini Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Kepala Staf TNI AL Laksamana Marsetio.

Selain membahas rencana strategis memberdayakan industri pertahanan nasional, raker pada Rabu (11/12) itu juga sempat membicarakan tawaran hibah 10 unit kapal selam dari Rusia. Namun, soal ini tidak dibahas secara mendalam.

Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, rapat DPR dan pemerintah kali itu lebih fokus mendiskusikan tiga unit kapal selam yang dibangun sebagai wujud kerja sama RI-Korsel.

Meski begitu, kata dia, DPR dan pemerintah sepakat untuk mengirim sebuah tim ke Rusia. Tim ini akan mendalami tawaran hibah tersebut, mulai dari spesifikasi dan kondisi kapal selam yang akan dihibahkan, mekanisme pemberian, hingga konsekuensinya.

"Tim akan dikirim untuk melihat spesifikasi dan kelayakan kapal selam itu. Kalau kondisinya masih bagus, TNI AL tentu akan tertarik menindaklanjutinya," ujar Purnomo usai raker di Gedung DPR, Rabu (11/12).


Menhan Dan DPR Bahas Pembangunan Armada Kapal Selam Indonesia


Jakarta, (IMP) -- Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, Rabu (11/12) menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi I DPR RI, untuk membahas rencana pelaksanaan pembangunan Kapal Selam ke-3 PT PAL kerjasama dengan pihak Korea, di gedung DPR, Jakarta. 

Kehadiran Menhan di Raker Komisi I DPR tersebut juga didampingi oleh Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Marsetio, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, dan utusan dari Kementerian Keuangan. 

Pada kesempatan rapat tersebut Menhan mewakili pemerintah yang juga selaku Ketua Harian Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) juga membahas rencana strategis tentang pemberdayaan industri strategis pertahanan nasional, serta Dana On Top.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengadakan rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR. Rapat itu juga membahas tentang infrastruktur pangkalan kapal selam di Indonesia.

"Kami kan mau bangun kapal selam di Indonesia dan mau bangun itukan butuh infrastruktur, butuh dana. Nah dananya dari mana kan kita enggak tahu. Jadi itu yang kami bahas," kata Purnomo usai rapat di Gedung DPR, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/12/13).

Dalam rapat itu, Menhan juga membahas rencana pembelian kapal selam dengan Rusia. Adapun rencana pembelian itu mencapai angka 300 juta dollar amerika.

"Kami sampai saat ini masih membicarakan dengan Rusia mengenai pembelian ini," tutur Menhan.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, mengatakan, pembelian kapal selam di Indonesia merupakan langkah strategis Indonesia di bidang pertahanan laut. Untuk itu, pihaknya perlu membahas ini dengan pihak-pihak terkait.

"Ya itu merupakan 1 pemikiran strategis yang msh butuh 1 penyesuaian anggaran. Kapal selam rusia bisa 350 juta dollar AS lebih," pungkasnya.


(DMC)

Saturday, December 7, 2013

Menhan Umumkan Rencana Pembelian Kapal Selam Kilo Class


(IMP) -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro didampingi pejabat dari Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Laut jumat pagi 06/12 mengundang wartawan untuk memberikan penjelasan mengenai rencana pengadaan kapal selam dari Rusia.

KSAL mengungkapkan bahwa secara geografis, untuk mengamankan wilayah nusantara ini idealnya diperlukan 12 unit kapal selam. Saat ini telah dimiliki 2 unit kapal selam U-209 buatan Jerman, dan Kemhan telah memesan tiga unit kapal selam U-209 buatan Korea Selatan berdasar lisensi Jerman, oleh karenanya masih dibutuhkan lagi 7 unit kapal selam untuk mencapai jumlah ideal tersebut. 


Pada dasarnya Indonesia adalah negara yang luas dimana 2/3 luasannya berupa laut, dan 1/3-nya berupa daratan sehingga Indonesia memerlukan armada kapal permukaan dan kapal selam dalam jumlah yang banyak.

Menhan mengatakan bahwa Indonesia akan membangun kekuatan armada kapal selam secara besar-besaran, artinya meskipun Indonesia baru saja meng-upgrade 2 kapal selam buatan Jerman, lalu membeli 3 kapal selam buatan Korea Selatan sekaligus meminta ToT untuk dapat mebangun sendiri unit selanjutnya di Indonesia, Kementerian Pertahanan tetap akan memproses tambahan beberapa unit kapal selam Kilo class buatan Rusia.

Sesuai permintaan dari TNI AL. kapal selam kelas medium yang dikehendaki adalah yang dapat membawa rudal anti kapal jarak jauh dengan moda peluncuran dari bawah permukaan air.


Dalam buku putih pertahanan Indonesia tidak disebutkan adanya ancaman dari selatan, namun ada potensi ancaman dari utara. Pengadaan kapal selam kelas Kilo dari Rusia ini tidak ada hubungannya dengan memanasnya hubungan diplomatik Indonesia-Australia karena kasus penyadapan.

Kapal selam ini memang akan beroperasi di Indonesia bagian timur karena dipakai untuk menjaga choke point. Indonesia mempunyai 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia/SLOC, dimana pada ALKI III choke point ini pecah menjadi tiga jalur. Dengan demikian corong untuk masuk ke Indonesia dari arah selatan ada lima jalur.

Sesuai dengan UNCLOS maka kapal-kapal asing hanya bisa masuk melalui choke point ini, oleh karenanya TNI AL akan menempatkan kapal selamnya disana. Kilo class sangat efektif digunakan karena kedalaman laut disana mencapai 150 m, jauh lebih dalam dibandingkan laut di Indonesia bagian barat.



Menhan mengatakan bahwa selama 20 tahun Indonesia tidak melakukan pembangunan kekuatan pertahanan, oleh karenanya mulai tahun 2010 disusun rencana strategis selama lima tahunan, masing-masing Renstra I (2010-2014), Renstra II (2015-2019), dan Renstra III (2020-2024).

Percepatan pembangunan kekuatan pertahanan dilakukan karena anggaran untuk itu tersedia, ada dukungan dari pemerintah dan juga DPR. Dengan deterrent effect maka merupakan modal yang baik untuk menjaga kedaulatan Indonesia.


Studi yang dilakukan oleh TNI AL tidak mempermasalahkan adanya perbedaan teknologi kapal selam bila akan mengkombinasikan teknologi dari tiga negara : Jerman, Korea Selatan dan Rusia. Pada dasarnya TNI AL pernah mengoperasikan kapal selam Whiskey class pada jaman dahulu, bahkan salah satu perwiranya saat ini ada yang telah menjadi jenderal bintang dua.

Menurut hitungan TNI AL satu kapal selam yang dilengkapi persenjataan rudal dan torpedo dalam jumlah yang yang cukup dapat dipakai untuk menghadapi 10 kapal perang permukaan.

Menhan menyatakan bahwa Rusia telah bersedia melengkapi kapal selam Kilo class yang ditawarkan dengan rudal Club S, Club S adalah rudal anti kapal jarak jauh yang diluncurkan dari bawah permukaan air. Club S termasuk kategori killer missile karena mempunyai jarak tembak 300-400 km. Rudal ini akan melengkapi rudal jarak jauh lainnya yang telah dioperasikan TNI AL yaitu Yakhont.

Rudal anti kapal Club-S (photo : Vitaly Kuzmin)


Mengenai pembiayaan untuk pembelian kapal selam dari Rusia, Menhan mengatakan bahwa ada 2 opsi pembiayaan yang akan dipakai. Opsi pertama berupa penggunaan state credit dari Rusia, dimana dari alokasi 1 miliar dollar baru terpakai sebesar 300-an juta dollar, berarti masih ada sisa 600-an juta dollar. Kedua negara telah menanda-tangani perpanjangan state credit ini tanpa ada ketentuan untuk melampirkan daftar alutsisa yang akan dibeli, artinya terbuka untuk segala jenis alusista sepanjang Indonesia membutuhkan. 

Opsi kedua terbuka kemungkinan untuk menggunakan dana on top. Pada awal Kabinet Indonesia Bersatu II yang lalu Kemhan mendapatkan dana on top dalam jumlah besar, sampai saat ini dana on top tersebut sisanya masih banyak dan dapat digunakan untuk pembelian kapal selam itu. Sisa dana on top yang masih ada ini harus diselesaikan pada tahun depan seiring dengan selesainya masa tugas Kabinet Indonesia Bersatu II.


Menuruf Menhan ada dua pilihan kapal selam Kilo Class yang akan dijajagi, yaitu kapal selam bekas yang masih operasional kemudian dilakukan modernisasi atau pesan kapal selam baru, oleh karenanya dibentuk tim untuk melihat secara fisik kapal selam yang ditawarkan termasuk spesifikasinya.

Kemudian diperbandingkan terhadap kebutuhan TNI AL, termasuk kelengkapan avionik dan rudalnya. Terhadap kapal selam yang bekas dihitung berapa biaya untuk melakukan modernisasi berikut kelengkapannya dan berapa lama masih dapat digunakan, kemudian dibandingkan bila pesan yang baru.


Kapal selam bekas yang ditawarkan dari Rusia tersebut bukan termasuk kapal selam yang telah dipensiunkan, namun merupakan kapal selam yang masih aktif digunakan untuk operasional oleh Armada Utara Angkatan Laut Rusia.

Armada Utara (North Fleet) Angkatan Laut Rusia saat ini mengoperasikan puluhan kapal selam termasuk diantaranya kapal selam Kilo class yang ditawarkan kepada TNI AL.


(Defense Studies/Merdeka/Kaskus /DMC)

4 Tipe Pesawat Tempur Masuk Nominasi Pengganti F-5E/F TNI AU

F-5E TNI AU (photo : TNI AU)


(IMP) -- Sebagai penempur, F-5E/F Tiger II TNI-AU sudah tak usah disangsikan lagi. Kiprahnya menjaga langit nusantara selalu menjadi yang terdepan sejak tahun 1980. Akan tetapi, usia tak bisa bohong. Meski sudah mengalami upgrade, masa purna tugasnya sudah didepan mata. Dan kini, akan terasa sangat sulit mencari pengganti yang sepadan.

Beberapa waktu lalu, Kepala Staf TNI-AU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia telah mengungkapkan rencana penggantian F-5E/F. Namun saat itu KSAU belum membuka lebih jauh mengenai persayaratan dan spesifikasi teknis yang diminta TNI-AU. KSAU hanya memberikan isyarat,"harus lebih canggih dari yang sudah dimiliki". Karena itulah berbagai jenis penempur generasi 4++ lalu seolah berlomba menawarkan diri.

Saab Gripen E/F (photo : SaabGroup)

Dari Informasi yang ARC dapatkan, setidaknya ada 4 buah penempur canggih yang maju. Mereka adalah SAAB Gripen E/F, Rafale, Su-35BM, serta F-16 Blok 60. Ke-4 jenis pesawat itu tak usah diragukan lagi kecanggihannya. Semuanya mampu menjalani multi misi, daya jangkau mumpuni, avionik canggih dan lain sebagainya.

Lockheed Martin F-16E/F block 60 (photo : thenorthspin)

Lalu bagaimana soal harga? Informasi yang ARC dapatkan menyebutkan, Su-35BM ditawarkan dengan kisaran harga 75 juta hingga 85 juta dollar tergantung spesifikasi. Harga ini bersaing ketat dengan F-16 Blok 60 yang juga ditawar senilai 85 juta dollar perbuah. Sementara Gripen E/F bisa didapatkan dengan harga 110 juta dollar. Juara untuk harga, tak lain tak bukan adalah Rafale dengan penawaran 125 juta dollar. Namun tentu saja harga-harga diatas hanyalah harga pembukaan. Berapa nilai pastinya nanti tentu tergantung pula dengan paket yang dibeli. Ssstttt... ada pula gosip yang menyebutkan, SAAB menawarkan Gripen C/D eks Swedia dengan jumlah aduhai dan harga sangat miring.

Dassault Rafale (photo : DID)

Namun demikian, harga bukanlah pertimbangan satu-satunya. Biaya operasional juga menjadi penilaian. Dan seperti kita ketahui, Su-35BM cukup mahal biaya operasionalnya, yaitu sekitar 400 juta rupiah/jam. Sementara Gripen E/F selalu menjual jargon termurah biaya operasional dengan angka 47 juta rupiah/jam. F-16 blok 60 sendiri biaya operasionalnya 170 juta rupiah/jam. Akan tetapi, bukan berarti lantas Gripen E/F melenggang begitu saja. Dari sisi Commonality/ penyederhanaan jenis tentu F-16 blok 60 dan Su-35BM pegang kartu. Terlebih lagi, seri F-16 sudah lama menjadi favorit pilot tempur TNI-AU.

Su-35BM (photo : Max Briansky)

Dan seperti biasa, pembelian sistem senjata di Indonesia pastinya mensyaratkan Transfer Teknologi. Untuk ToT ini, konon Gripen E/F menawarkan lini perakitan di Indonesia. Sementara F-16 Blok 60 menawarkan Offset seperti halnya pembelian F-16 A/B terdahulu. Untuk Su-35BM dan Rafale, kami sendiri belum mendengar bocorannya.

Lalu manakah yang akan menggantikan sang macan? belum ada keputusan resmi. Semuanya masih diolah dan dinilai. Akan tetapi semoga saja pemilihannya tidak berjalan terlampau lama, sehingga para pengabdian Skuadron 14 tidak akan sempat terputus.


(ARC)

Friday, December 6, 2013

TNI AU Kembangkan Wahana Angkut Helicopter


(IMP) -- Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) melaksanakan uji coba statis dan dinamis pada dua prototip wahana angkut udara helikopter di Lanud Atang Senjaya Bogor, (5-6/ 12). Dua prototip yang di uji coba adalah AIRTEP (Airborne Tactical Extraction Platform) dan Helly Basket (Keranjang Heli) hasil penelitian dan pengembangan Dislitbangau untuk menjawab kebutuhan akan alat pengangkut taktis dengan helicopter Puma / Super Puma TNI AU bagi operasi pasukan khusus TNI AU dan misi SAR (Search And Rescue).

AIRTEP (Airborne Tactical Extraction Platform) adalah wahana mirip rangka payung terbalik dengan jaring kain yang dapat dilipat seperti payung berdiameter 260 cm dengan tinggi 152 cm dan berat 35 kg. Wahana ini dirancang mampu digantung di bawah helicopter dengan mengangkut beban seberat 1500 kg. Alat ini bermanfaat untuk memudahkan helicopter Puma / Super Puma TNI AU untuk mengevakuasi personel atau korban di daerah yang sulit didarati, mobilisasi personil dan barang secara efisien, aman dan cepat, termasuk untuk operasi penyelamatan atau serbuan di seluruh jenis medan termasuk pegunungan, perairan serta di atap gedung tinggi hingga lokasi sempit perkotaan.


Helly Basket (Keranjang Heli) adalah wahana berbentuk keranjang kotak segi empat berbahan alluminium alloy seberat 180 kg dengan dimensi 90 cm x 200 cm dan tinggi 110-200 cm. Alat ini bisa digantung di bawah atau dimasukkan dalam cabin helicopter Puma / Super Puma TNI AU karena ketinggiannya bisa distel menjadi hanya 120 cm. mampu membawa beban 1500 kg. Namun demi keselamatan, hanya digunakan untuk beban 100 kg atau 10 orang personel. Wahana ini bermanfaat untuk mebantu helicopter Puma / Super Puma TNI AU mengevakuasi personel / korban di daerah yang sulit didarati, serta mobilisasi personel dan barang dengan efisien, aman dan cepat, baik di daerah pegunungan, perairan dan perkotaan.

Kol.Tek. M.Sardar Gafar, Kasubdispesbang Dislitbangau selaku kepala pelaksana kegiatan ujicoba menjelaskan bahwa uji coba dua prototip wahana angkut udara bagi helicopter ini dilakukan selama dua hari meliputi dua tahap uji yaitu uji statis dan uji dinamis. Uji statis dilaksanakan dalam hanggar Skadron Teknik 024 Lanud Atang Senjaya, meliputi pengujian beban dummy seberat hingga 1100 kg dan dinaiki 10 personel dengan diputar dan digerakkan untuk mensimulasikan gerakan saat digantung di helicopter.

Uji Dinamis direncanakan dilaksanakan pada hari kedua dengan beban dummy seberat 850 kg dan simulasi beban personel sebanyak 5 orang (400 kg). Uji dinamis meliputi uji pemasangan dan pelepasan wahana saat digantung dibawah helicopter termasuk ujicoba tinggal landas dan pendaratan serta hovering (mengambang di udara). Diharapkan ujicoba dapat terus berlanjut sehingga dua prototipe wahana angkut taktis ini bisa aman digunakan dalam operasi sesungguhnya.

Kehadiran wahana angkut taktis ini tentunya akan menambah kemampuan operasi helikopter TNI AU untuk mendukung pasukan khas TNI AU, baik dalam operasi tempur atau bantuan kemanusiaan khususnya Search dan Rescue.


Thursday, December 5, 2013

Brunei Pesan 4 Panser Buatan Pindad, Alutsista Indonesia Diminati di Bridex 2013

Sultan Brunei Hassanal Bolkiah turun dari tangga pesawat CN 295 setelah melakukan inspeksi dan mencoba cockpit pesawat terbaru buatan PT Dirgantara Indonesia itu (Bisnis/Arif Budisusilo)

Bandar Seri Begawan, (IMP) -- Indonesia memperoleh sejumlah komitmen bilateral dalam pameran BRIDEX 2013 termasuk pemesanan 4 unit Panser Anoa dari Brunei Darussalam yang diharapkan pembeliannya diteken tahun depan.

Menurut Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, komitmen pembelian panser Anoa yang diproduksi PT Pindad tersebut menandakan bahwa industri pertahanan Indonesia semakin dipercaya.

"Ini dapat dlihat dari semakin banyaknya penggunaan internal maupun dari pembeli luar negeri serta peningkatan kapabilitas teknologinya," ujar Sjafrie sebelum mengakhiri kunjungan dua hari ke Brunei, Rabu (4/12), dalam rangka menghadiri pameran Bridex 2013 di Bandar Seri Begawan, 3-6 Desember. Dari Brunei, Sjafrie langsung bertolak ke Kanada.

Keikutsertaan Indonesia di Bridex 2013 memperkokoh posisi Indonesia dalam industri strategis di bidang kemiliteran dan pertahanan. "Kita membawa misi untuk memperkenalkan dan mengembangkan industri pertahanan kita," ujarnya.

Industri strategis yang mengikuti pameran antara lain PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT LEN, PT PAL, dan PT Dok Perkapalan Kodja Bahari serta sejumlah perusahaan swasta. 


Sebelum bertolak ke Kanada, Wamenhan bertemu dengan pejabat dan utusan Kementerian Pertahanan dari Turki, Filipina, dan Prancis serta sektor swasta dari Brasil dan Inggris di Pavilion Indonesia, di lokasi Bridex 2013.

Dari rangkaian pertemuan bilateral itu, Indonesia memperoleh beberapa komitmen pembeliam maupun dukungan kerjasama militer, termasuk joint production beberapa produk dalam negeri dengan produsen lain yang turut pameran.

Turki, misalnya, memastikan kerjasama konkret dengan PT Pindad dalam produksi medium tank, selain kerjasama dengan LEN untuk pengembangan alat komunikasi.

Dengan Filipina, diperoleh komitmen memastikan rencana kontrak pembelian dua kapal strategic vessel serta observasi kemungkinan pemesanan CN-295.

Prancis, lanjut Sjafrie, memastikan pengiriman meriam 155 Nexter akan hadir pada 5 Oktober 2014, yang terdiri dari 1 baterai atau sekitar 18 unit meriam. Prancis juga akan melanjutkan dukungan untuk PT Pindad dalam memproduksi Panser Anoa melalui pasokan perangkat mesin Renault Rack Defense.


Indonesia juga memperoleh komitmen dari Lurssen, Inggris, yang memastikan bahwa 2 unit multirole light fregat akan dikirim pada Juni 2014.

Sjafrie melanjutkan dalam pameran Bridex-2014, produk industri pertahanan Indonesia mendapat perhatian besar dari Sultan Brunei Hasanal Bolkiah dan negara sahabat yang lain.

Angkatan Udara Brunei bahkan melakukan joy flight pesawat CN235 dan CN295, Rabu. Pada Kamis dijadwalkan Putra Mahkota Pangeran Al-Muhtadee Billah Bolkiah juga akan melakukan joy flight pesawat CN 295. "Ini untuk merasakan kapabilitas pesawat agar user merasa confidence."


Sementara itu, dalam diskusi dengan industrialis swasta peserta Bridex 2013, Sjafrie mendukung keinginan mereka agar pemerintah memiliki kebijakan dan regulasi yang memungkinkan terciptanya kontinuitas order.

"Selain itu perlu dukungan kebijakan skema pembiayaan yang bisa mendapatkan bantuan bank pemerintah untuk membiayai produksi," katanya.

Setidaknya terdapat tiga area yang perlu menjadi perhatian untuk terus memperkuat industri strategis di Indonesia, yakni skill sumberdaya manusia, manajemen yang terkait dengan leadership, serta infrastruktur industri.

Dia yakin, dengan dukungan pemerintah, semua pelaku baik swasta maupun BUMN dapat mengambil manfaat dari industri strategis sehingga bisa lebih efisien, dan produktif.

Dengan demikian akan semakin terbuka kesempatan bagi industri pertahanan masuk ke pasar regional dengan kompetensi tinggi.


Thursday, November 28, 2013

PBB Sahkan Resolusi Anti Penyadapan


New York, (IMP) -- Resolusi »Hak Privasi” telah disahkan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB). Resolusi yang disahkan atas desakan Jerman dan Brasil ini merupakan respons dari praktek penyadapan yang dilakukan mata-mata Amerika yang dibocorkan oleh Edward Snowden.

Seperti dikutip dari laman AFP, resolusi ini menyatakan pengawasan dan penyadapan data yang dilakukan pemerintah atau perusahaan merupakan hak yang melanggar hak asasi manusia.

Duta Besar Jerman untuk PBB, Peter Wittig, mengatakan resolusi ini mengandung pesan politik yang penting. Resolusi ini, kata Wittig, merupakan resolusi PBB pertama terkait pelanggaran HAM di dunia maya. Meski tidak mengikat, resolusi »Hak Privasi” akan dibawa ke Majelis Umum PBB untuk melakukan pemungutan suara oleh 193 anggota perserikatan tersebut.

Jerman dan Brasil yang mendesak pembuatan resolusi ini merasa sangat prihatin dengan pelanggaran hak asasi manusia lewat penyadapan saluran komunikasi. Kedua negara ini disebut juga menjadi target mata-mata Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika.

Snowden dengan tegas menyebut NSA telah menyadap telepon genggam Kanselir Jerman Angela Merkel dan saluran komunikasi Kantor Presiden Brasil Dima Roussef. 


Monday, November 25, 2013

Kemhan Dukung Alih Teknologi Fuze dari Bulgaria


Malang, (IMP) -- Kementerian Pertahanan mendukung kemungkinan alih teknologi pembuatan fuze atau komponen pemicu bom dari Armaco JSC Bulgaria sebagai upaya menuju kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

"Kita memang menuju kepada kemandirian alat utama sistem senjata (Alutsista), tetapi prosesnya bertahap. Pada saat kita belum mampu, kita melakukan kerja sama dengan luar negeri," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua High Level Committe (HLC) usai meninjau kesiapan pabrik bom PT Sari Bahari di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Menurut dia, kerja sama dengan luar negeri harus ada kesetaraan dan kemitraan untuk mendapatkan satu alih teknologi tentang pengembangan fuze ini.

"Ini dilakukan secara bertahap dengan target suatu saat kita bangun pabrik fuze di Indonesia. Ini dilakukan agar industri pertahanan dalam negeri bisa mandiri tanpa ketergantungan negara asing," tuturya.

Menurut dia, meski Indonesia belum memiliki pabrik pembuat fuze, namun Indonesia memiliki pabrik pembuat bom, PT Sari Bahari, dimana satu-satunya yang ada di Asia Tenggara.

Bom yang telah diproduksi oleh PT Sari Bahari dan PT Dahana selaku tempat pengisian bahan peledaknya, antara lain, bom asap, bom P-100 L yang diperuntukan untuk pesawat tempur Sukhoi TNI AU, roket untuk pesawat Super Tucano dan lainnya. 

"Kami koneksikan dengan PT Sari Bahari dengan PT Dahana. Ini menunjukan kemampuan industri pertahanan kita sudah memiliki infrastruktur termasuk amunisi untuk mendukung kemandirian alutsista TNI," kata Sjafrie. 

Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Sari Bahari Ricky Egam mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk bisa berkembang dengan pesat, meskipun ada beberapa kendala yang dihadapinya.

Kendala itu, kata dia, belum adanya pembuat fuze di Indonesia sehingga mengharuskan pihaknya mengimpor dari Bulgaria.

"Sebenarnya pihak Armaco, Bulgaria setuju untuk menjalin kerja sama untuk PT Sari Bahari untuk alih teknologi pembuatan fuze. Namun, pihak Armaco meminta sebelum ada kesepakatan, PT Sari Bahari harus membeli fuze sebanyak 1.500 pcs. Kami minta pemerintah untuk mendukung masalah ini," katanya.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...