Wednesday, January 30, 2013

Roket Indonesia Mulai Bikin Cemas Negara Tetangga

Roket Indonesia Menjadi Buah bibir Negara Tetangga


(IMP) -- Teknologi Roket Indonesia yang mulai di kuatirkan oleh negara Tetangga. Momentum ini harus dijaga terus dan ditingkatkan sebagai kebanggaan atas kemampuan teknologi sendiri. Jangan sampai karya insinyur Indonesia ini dijegal justru oleh orang Indonesia sendiri (biasa) para ekonom-ekonom Pemerintah yang sering menganggap karya bangsa sendiri sebagai terlalu mahal dan hanya buang-buang uang saja untuk riset ….!


Meski sudah berlangsung, peluncuran roket RX-420 Lapan ternyata masih jadi buah bibir. Anehnya bukan jadi buah bibir di Indonesia yang lebih senang cerita politik, tetapi di Australia, Singapura dan tentu saja di negara tetangga yang belakangan ini suka menganggap remeh Indonesia. 

Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor. 

Anggaran yang dikeluarkan untuk peluncurannya pun “cuma” Rp 1 milyar. Kalah jauh dengan yang dikorupsi para anggota DPR untuk traveller checks pemenangan Miranda Gultom sebagai Deputi Senior Gubernur BI yang lebih dari Rp 50 milyar. Apalagi kalau dibandingkan dengan korupsi BLBI yang lebih dari Rp 700 trilyun.


Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura dan Malaysia

Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per detik. Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia dengan demikian akan masuk member “Asian Satellite Club” bersama Cina, Korea Utara, India dan Iran. 

Nah kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat Indonesia. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km untuk keperluan militer bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! 

Kalau tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok PULAU. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos ada musuh dari utara yakni Indonesia itu memang bukan sekedar mitos tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat. 


Rupanya Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama paham bahwa insinyur-insinyur Indonesia tidak bisa diremehkan begitu saja. Buktinya? Tidak hanya gentar dengan roket RX-420 Lapan tetapi mereka sekarang sedang mencermati pengembangan lebih jauh dari CN235 versi Militer buatan PT. DI. Juga mencermati perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan mampu membuat kapal selam asal dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana dari pemerintah. 


Kalau para ekonom Indonesia yang Pro World Bank dan IMF menyebut pesawat-pesawat buatan PT DI ini terlalu mahal dan menyedot investasi terlalu banyak (“cuma” Rp 30 trilun untuk infrastruktur total, SDM dan lain-lain) dan hanya jadi mainannya BJ Habibie. Tetapi mengapa Korea Selatan dan Turki mengaguminya setengah mati? Turki dan Korsel adalah pemakai setia CN 235 terutama versi militer sebagai yang terbaik di kelasnya. 

Inovasi 40 insinyur-insinyur Indonesia pada CN 235 versi militer ini adalah penambahan persenjataan lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi kalau mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 versi militer (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya. 

Nah, jadi musuh yang sebenarnya ada di Indonesia sendiri. Yakni watak orang Indonesia yang tidak mau melihat orang Indonesia sendiri berhasil. Karya insinyur-insinyur Indonesia yang hebat dalam membuat alutsista dibilangin orang Indonesia sendiri terutama para ekonom pro Amerika Serikat dan Eropa: “Mending beli langsung dari Amerika Serikat dan Eropa karena harganya lebih murah”. Mereka tidak berpikir jauh ke depan bagaimana Indonesia akan terus tergantung di bidang teknologi, Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi dengan membayarnya sangat mahal terus menerus sampai kiamat tiba. 

Kalau ada kekurangan yang terjadi dengan industri karya bangsa sendiri, harus dinilai lebih fair dan segera diperbaiki bersama-sama. Misalnya para ahli pemasaran atau sarjana-sarjana ekonomi harus diikutsertakan dalam team work. Sehingga insinyur-insinyur itu tidak hanya pinter produksi sebuah pesawat tetapi setidaknya tahu bagaimana menjual sebuah pesawat itu berbeda dengan menjual sebuah Honda Jazz

Kalau ada kendala dalam pengadaan Kredit Ekspor sebagai salah satu bentuk pembayaran, tolong dipecahkan dan didukung oleh dunia perbankan, agar jualan produk sendiri bisa optimal karena akan menarik bagi calon pembeli asing yang tak bisa bayar cash. 


(The Global Review)

China Sukses Uji Coba Pesawat Angkut Jarak Jauh

wikipedia China sukses melakukan uji coba terbang perdana pesawat angkut jet pertama buatan negeri itu Y-20 akhir pekan lalu. Pesawat ini diklaim mampu mengangkut muatan maksimal 66 ton dan terbang menempuh jarak 4.400 km non-stop. 


BEIJING:(IMP) - Media massa lokal China, Senin (28/1/2013), memuji kesuksesan uji coba pesawat angkut jet terbesar produksi negeri itu Y-20 pada akhir pekan lalu.

Pesawat angkut jet itu sukses melakukan penerbangan perdanannya pada Sabtu (26/1/2013), hanya beberapa bulan setelah China sukses mengoperasikan kapal induk pertamanya.

Menurut harian pemerintah Global Times, pesawat angkut ini mampu membawa muatan hingga 66 ton menempuh jarak 4.400 km, sehingga mampu dioperasikan untuk sebuah tugas global.

Dengan kehadiran pesawat angkut ini, maka China akan mengakhiri ketergantungannya terhadap pesawat angkut buatan Rusia Il-76, saat melakukan operasi kemanusiaan atau mengirimkan bantuan untuk korban bencana di seluruh dunia.

"Dengan pesawat ini, maka kita mampu mengangkut manusia atau peralatan berat ke lokasi yang jauh," pakar strategi dari Universitas Pertahanan Nasional, Profesor Liang Fang.

Jika mengangkut muatan seberat 55 ton, Y-20 mampu terbang dari China menuju Kairo. Pesawat ini juga diklaim mampu mengangkut tank terberat yang dioperasikan Angkatan Darat China.

Namun, harian Global Times menambahkan dengan mesin yang masih dibuat di Rusia diakui bahwa Y-20 sedikit tertinggal dibanding pesawat angkut sejenis milik AS Boeing C-17 Globemaster III. Dalam situs resminya, AU Amerika Serikat mengatakan memiliki 200 unit C-17 Globemaster III. Sehingga dari sisi jumlah, China masih harus mengejar ketertinggalannya.

Tuesday, January 29, 2013

DPR Pastikan Pembelian Rudal C-705

Rudal Cina Akan Dikembangkan di Indonesia

Rudal C-705 dari China akan dipasang di KCR-40 (photo : Palindo)

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat memastikan adanya pengembangan rudal C-705 asal Cina di Indonesia. Peluru kendali yang akan dipasang di kapal cepat rudal tipe 40 produksi lokal itu diharapkan bisa diproduksi dalam negeri secepatnya.

"Untuk tahap pertama kita akan beli dulu dari Cina," kata Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tubagus Hasanudin kepada Tempo, Senin, 28 Januari 2013. Setelah membeli beberapa unit peluru kendali, Cina dan Indonesia akan melakukan produksi bersama rudal tersebut.

Kontrak pembelian misil asal Cina ini, kata Hasanudin, sudah ditandatangani dan disetujui oleh DPR. "Tapi saya lupa kapan dan berapa nilainya," ujar dia.

Dalam daftar pinjaman luar negeri khusus alat utama sistem persenjataan utama, pengadaan rudal C-705 dianggarkan sebesar US$ 7,5 juta untuk enam unit hingga 2014. "Seluruhnya akan dipasang di KCR 40, nanti yang memasang peluncur rudalnya PT. PAL," kata Hasanudin.

Jenis rudal yang akan dipasang di kapal pemukul itu, akan berbeda-beda. "Tahap pertama memang cuma C-705, berikutnya nanti ada pengembangan," ujar Hasanudin.

TNI Angkatan Laut sendiri menilai rudal jenis surface to surface ini cocok dipasang di KCR 40. "Akurasinya bagus dan mematikan," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati.

Menurut Untung, rudal C-705 akan tiba di Indonesia tahun 2014 mendatang. "Tiga pabrikan lokal bakal terlibat dalam tahapan transfer teknologi rudal ini," kata dia. Pabrikan yang akan dilibatkan antara lain, PT. Pindad, Lapan, dan PT. Dirgantara Indonesia.

Pembelian rudal C-705 ini merupakan bagian dari usaha melengkapi persenjataan kapal cepat rudal pabrikan Palindo Marine Batam. Selain dipersenjatai rudal, kapal pemukul ini juga dilengkapi dengan Sensor Weapon Control (Sewaco) berupa meriam kaliber 30 milimeter yang juga diimpor dari Cina dan Afrika Selatan.


Monday, January 28, 2013

Su-35 BM Pilihan Tepat Pengganti F-5 TNI AU

Kandidat Pengganti F-5 TNI AU


(IMP) -- Sejak bergabung di TNI AU tahun 1970-an yang lalu, skuadron F-5 E/F di fungsikan sebagai skuadron interceptor (pencegat). Skuadron Interceptor berarti bahwa sejatinya pesawat ini yang diharapkan akan di turunkan untuk melakukan tugas mencegat pesawat musuh memasuki wilayah kedaulatan Indonesia tanpa izin. Itu artinya skuadron ini akan lebih diarahkan untuk bertarung menghadapi pesawat lawan (Air Superiority), walaupun tidak menutup kemungkinan memiliki kemampuan serangan permukaan (Ground Attack) maupun serang kapal permukaan (Maritime Strike). Beberapa dekade yang lalu kemampuan F-5 E/F cukup mumpuni sebagai interceptor karena memiliki kecepatan diatas 1.6 Mach.


Seperti perandaian kita tadi bahwa diharapkan skuadron pengganti F-5 ini sudah full operasional paling lama di tahun 2020, maka untuk menentukan pesawat paling cocok untuk menggantikan F-5 ini, kita harus melihat gambaran kawasan sekitar Indonesia di tahun 2020 itu. Sebagai mana kita ketahui, Australia sebagai salah satu tetangga dekat Indonesia sudah berkomitment untuk membeli puluhan pesawat generasi ke 5 yaitu F-35. Demikian halnya dengan Singapura yang juga sudah berencana membeli puluhan pesawat yang sama. Sedangkan Malaysia, dalam waktu beberapa tahun kedepan akan melengkapi skuadron MRCA pengganti Mig-29 N mereka. Kandidat pemenangnya adalah F/A-18 E/F Super Hornet, EF Typhoon atau Dassault Rafale.

Dengan melihat hal ini, maka kemungkinan kedepan pesawat yang akan menjadi lawan ‘tanding’ dari calon pengganti F-5 ini adalah F-35 dan MRCA Malaysia, serta pesawat-pesawat yang ada di inventory negara tetangga saat ini. Artinya pengganti F-5 TNI AU nanti harus dipersiapkan untuk bersaing dengan F-35, F-15, F-16 Block 52, F-18, F/A-18 E/F Super Hornet, Su-30 MKM, EF Typhoon dan Dassault Rafale. Itu artinya, jika Indonesia tetap diperhitungkan di kawasan dan tidak menjadi bulan-bulanan negara tetangga seperti di tahun 1996-2005 yang lalu, maka Indonesia harus mempersiapkan calon pengganti F-5 yang tidak kalah dari calon lawan-lawannya tersebut.




Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa skuadron F-5 E.F TNI AU adalah berfungsi sebagai skuadron pencegat (interceptor), maka calon penggantinya nantipun diharapkan tidak jauh dari fungsi tersebut. Itu artinya, calon pengganti ini akan lebih diarahkan kepada kemapuan Air Superiority sebagai kemampuan utama disamping kemapuan Serangan permukaan dan anti kapal permukaan.


Siapa Kandidat yang memenuhi Kriteria?

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya sebagai penulis tunggal di AnalisisMiliter.com melakukan analisa terhadap sekitar 10 type pesawat tempur yang mungkin akan masuk dalam pertimbangan TNI AU sebagai pengganti F-5. Analisa saya terhadap pesawat tersebut adalah seperti kriteria yang saya sudah sampaikan diatas, dan hasinya adalah seperti gambar di bawah ini :

Dari segi fungsi sebagai pesawat Intercept yang mengedepankan fungsi Air Superiority, maka dari banyak calon itu, saya menjagokan Su-27 SKM, Su-35 BM, F-16 Block 60, Dassault Rafale dan EF Typhoon. Saya rasa 5 pesawat ini memiliki kemapuan Air Superiority yang lebih baik dari calon yang lainnya. Kandidat lainnya memang semuanya sudah mengusung flatform multirole, namun menurut admin AnalisisMiliter.com masih kalah dalam kemampuan Air Superiority dengan kelima kandidat ini.

Namun jika ditinjau dari segi combat range yang lebih dibutuhkan fighter dengan Long Combat Range, maka dari kelima pesawat diatas saya rasa hanya Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM yang termasuk dalam kategori Long Combat Range yang dalam artian memiliki jarak tempur yang jauh sekalipun tanpa tangki cadangan atau pengisian bahan bakar di udara. Pesawat lainnya rata-rata adalah pesawat tempur dengan kemampuan Medium Combat Range yang masih kalah dari ketiga calon diatas. Namun pesawat dengan kemampuan Medium Combat Range inipun masih layak di pertimbangkan jika akan meberikan keuntungan lain jika diakuisisi oleh TNI AU.

Di tinjau dari segi kemiripan dengan inventory pesawat yag sudah ada di TNI AU saat ini (setidaknya akan ada di tahun 2015-2018), maka sepertinya Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM yang memiliki persamaan (walaupun tidak 100% sama) dengan Sukhoi-27/30 yang dimiliki Indonesia saat ini bisa menjadi pertimbangan. Kemudian F-16 Block 52 dan F-16 Block 60 bisa juga menjadi pertimbangan karena kemiripannya dengan F-16 Block 32 ++ yang akan dimiliki Indonesia beberapa tahun mendatang. Walaupun tidak 100% mirip, namun persamaan senjata, pelatihan teknisi, pilot dan lainnya bisa menjadi hal yang menguntungkan bila Indonesia memilih F-16 ini sebagai calon pengganti F-5. Selain itu, F/A-50 dari Korea Selatan juga bisa menjadi pertimbangan dari segi commonity nya dengan inventory TNI AU saat ini, karena selain memiliki kesamaan dengan T-50 TNI AU, juga merupakan “suadara kembar” dari F-16 yang juga dimiliki oleh Indonesia.

Dari segi faktor Tanker Support yang dimiliki TNI AU saat ini, maka sepertinya Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM adalah yang harus menjadi prioritas karena sangat kompatibel dengan pesawat tanker TNI AU saat ini yaitu KC-130 B. sedangkan F-16 dan FA-50 saya rasa tidak akan mendukung dalam hal ini. Sedangkan kandidat lainnya saya belum mengetahui apakah support terhadap pengisian bahan bakar di udara dengan KC-130 B TNI AU. Saya rasa faktor ini sangat penting untuk dijadikan pertimbangan TNI AU dalam memilih pengganti F-5 ini.

Nah, seperti sudah saya jabarkan sebelumnya bahwa F-35 akan menjadi calon lawan pengganti F-5 ini, maka kita harus membandingkan kemampuannya dengan F-35. Dalam hal ini, saya rasa hanya Su-35 BM, F-16 Block 60, EF Typhoon, Dassault Rafale dan Grippen NG yang bisa memberikan perlawanan terhadap F-35 yang kemungkinan akan dimiliki oleh Singapura dan Australia di tahun 2020. Dari segi kemampuan pertarungan udara, jelas F-35 yang memiliki kemampuan Stealth akan menang melawan kandidat-kandidat ini, namun saya berkeyakinan bahwa F-35 sekalipun tidak akan gegabah melawan calon2 ini. Untuk lebih detailnya akan sampaikan selanjutnya.



Menurut saya sebagai admin AnalisisMiliter.com, faktor paling penting yang harus dipertimbangkan TNI AU untuk memilih pengganti F-5 adalah apakah pesawat tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan efek gentar menghadapi F-35. Nah dari banyak sumber, saya sudah merangkum kemampuan teknik dari F-35 dan dibandingkan dengan kandidat pengganti F-5. Pembanding yang saya ambil adalah F-35 A (Conventional Take Off Landing) yang kemungkinan akan di akuisisi oleh Singapura dan Australia. Data-data yang saya kumpulkan ini mungkin tidak 100% akurat, tetapi setidaknya sudah memberikan gambaran kasarnya. Dan hasilnya adalah seperti gambar di bawah ini :




Dari segi fitur Stealth, jelas bahwa tidak ada satupun calon pengganti F-5 ini akan mampu melawan F-35 yang memiliki fitur Stealth yang mumpuni untuk menghindar dari tangkapan radar lawan. Pesawat lainnya tidak dilengkapi dengan fitur Stealth, namun hanya melakukan pengurangan RCS saja. Maka jelas sekali bahwa calon pengganti F-5 ini harus menang dari F-35 dari faktor yang lain selain stealth.

Dari segi Maximal Speed, berita bagusnya adalah F-35 ternyata bukan pesawat yang memiliki kecepatan yang luar biasa. Tercatat kecepatannya hanya sampai dengan Mach 1.6 (1.930 km/jam), sedangkan kandidat lainnya selain JF-17 Thunder dan F/A-50 sudah memiliki kecepatan Mach 2 keatas. Sehingga dalam hal ini, calon pengganti F-5 ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan F-35. Tentu ini bisa dimanfaatkan nantinya dalam pertempuran di Udara, namun tidak akan memberikan faktor kemenangan yang sesignificant faktor firut Stealth.

Dari segi Max Load yang mampu dibawa oleh pesawat ini, saya rasa Su-27 SKM, Su-30MK2 dan SU-35 BM bisa menjadi pemenang dengan total 8.000 kg yang bisa mereka tenteng. Artinya semakin banyak senjata yang bisa dibawanya dalam pertempuran. Ini akan menambah nilai plus nya jika harus berhadapan dengan F-35. Sedangkan kandidat lainnya relatif setara bahkan masih di bawah kemampuan F-35.



Dari segi Combat Range, lagi-lagi F-35 masih mengalami kelemahan dalam hal ini. F-35 yang memang hanya dirancang sebagai Medium range Fighter, sehingga Combat Rangenya masih relatif kecil, sehingga masih bisa dilawan oleh pesawat lain. Dalam hal ini, Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM menjadi superior dibandingkan dengan F-35. Bahkan Dassault Rafale dan EF Typhoon relatif masih setara dengan F-35.

Namun menurut saya yang paling penting dipertimbangkan adalah jenis radar yang digunakan masing-masing pesawat dan kemampuan radar tersebut. Ini adalah salah satu kunci penting dalam pertarungan udara. Sebagai pembanding kita gunakan radar AN/APG-81 AESA F-35 dalam melacak target di udara yang memiliki RCS 1m2, dan dibandingkan dengan radar pesawat lainnya. Radar F-35 ini mampu melacak target tersebut dari jarak 160 km. Radar pesawat lainnya realtif belum mampu menandingi kemampuan radar F-35 ini. Radar N0001VEP yang dipakai Su-27 SKM dan Su-30 MK2 TNI AU saat ini hanya mampu melacak target yang sama dari jarak 60-70 km saja. F-16 Block 52 dengan radar APG-68(V)9 juga hanya bisa mengendus target yang sama dari jarak 46-54 km. Grippen D dengan radar PS-05A juga hanya bisa mengendusnya dari jarak 48-56 km, serta Dassault Rafale dengan radar Thales RBE2 PESA juga hanya bisa dari jarak 73-87 km. JF-17 Thunder dengan radar KLJ-7 pun hanya bisa dari jarak 70 km, apalagi F/A-50 dengan radar APG-67 V4 hanya bisa mengendusnya dari jarak 30-36 km.


(Kaskus/analisismiliter)

Sunday, January 27, 2013

Kabar dari Perbatasan RI-Malaysia

PATROLI TNI: 100 PATOK TAPAL BATAS RI-MALAYSIA HILANG


Patok perbatasan RI-Malaysia (Foto:Pendam Tanjungpura)

Perbatasan RI-Malaysia khususnya yang menjadi wilayah tugas Satgas Yonif 123/Rajawali Kodam XII Tanjungpura saat ini situasi dan kondisinya masih terkendali. Namun sebanyak 100 patok telah hilang, dikatakan Komandan Satgas Yonif 123/Rajawali Letkol Inf Musa David Hasibuan. Hal ini didasarkan dari peninjauan ke patok perbatasan dan ke sejumlah pos-pos perbatasan di sepanjang garis perbatasan 966 km Kalimantan Barat.

"Patroli patok perbatasan ini di tempuh dengan berjalan kaki. Medan merupakan suatu tantangan tersendiri bagi para prajurit yang menjadi tanggung jawab dalam mengamankan patok perbatasan RI-Malaysia", ungkap Letkol Musa.

Menurutnya, Patroli ini untuk mengecek keamanan wilayah RI-Malaysia yang hasilnya kondusif. Selain itu patroli patok perbatasan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya segala jenis kegiatan ilegal dalam bentuk apapun serta untuk mencegah terjadinya pelintas batas yang tidak memenuhi persyaratan dalam prosedur yang berlaku.

Disampaikannya, total patok disepanjang garis perbatasan Kalbar yang menjadi pengawasan oleh Pamtas (Pengamanan Perbatasan) sebanyak 5.784 patok, yang terdiri dari :
Tipe A, jarak patok 300 km, jumlah 3 patok
Tipe B, jarak patok 50 km, jumlah 18 patok
Tipe C, jarak patok 5 km, jumlah 80 patok
Tipe D, jarak patok 2-100 m, jumlah 5.673 patok

"Untuk menyisir patok melalui jalur darat perbatasan ini dilakukan secara estafet oleh prajurit diwilayah kerja masing-masing, karena di Kalbar sepanjang 966 km tersebut berdiri pos-pos pengamanan," jelasnya.


Patok perbatasan RI-Malaysia

Diungkapkannya, hasil patroli patok batas yang telah didata terdapat kurang lebih 100 patok yang hilang dan sudah ditandai dengan menancapkan paralon cor serta diberikan kode patok. Karena untuk menggantikan patok yang hilang harus dilakukan oleh kedua negara, tidak bisa dilakukan penggantian sepihak.

"Untuk patok yang hilang kita hanya memberikan tanda dengan memasang pipa cor dan diberi kode serta nomor pada pipa tersebut. Tidak perlu khawatir karena titik koordinat tidak akan berubah. Banyak faktor penyebab hilangnya patok tersebut, seperti faktor alam, pembukaan lahan dan sebagainya namun titik koordinat tidak akan berubah," tandasnya.

Selain itu, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Pos Satgas Yonif 123/Rajawali selalu mendata warga yang keluar masuk dari kedua negara dan selanjutnya diserahkan ke kantor Imigrasi setempat untuk ditindaklanjuti bagi yang tidak memenuhi persyaratan.


Sumber: Pendam Tanjungpura

Kontrak Baru Pembuatan KCR-40

PT. Palindo Berpeluang Mendapat Kontrak Baru Pembuatan KCR-40

Sejumlah prajurit TNI mengikuti upacara peresmian Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Beladau di Dermaga Batu Ampar, Batam, Jumat (25/1). KCR produksi nasional tersebut memiliki spesifikasi teknologi tinggi dengan panjang 44 meter serta mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot. (Foto: ANTARA/Maha Eka Swasta/Koz/13)


26 Januari 2013,Jakarta: Kementerian Pertahanan berencana untuk menyerahkan sisa kontrak kebutuhan kapal cepat rudal 40 kepada PT. Palindo Marine, Batam. Sebelumnya perusahaan ini sukses memproduksi KRI Clurit 641, KRI Kujang 642 dan KRI Beladau 643.

Palindo masih punya 'hutang' satu unit KCR 40 lainnya yang ditargetkan rampung akhir tahun ini. Jika selesai, TNI AL akan memiliki empat unit kapal dari 16 unit KCR 40 yang ditargetkan hingga tahun 2019 mendatang.

"Dari kajian TNI AL, kami cenderung untuk menyerahkan kontrak produksi KCR 40 kepada Palindo," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Jumat, 25 Januari 2013 usai menerima protocol of delivery KRI Beladau 643 dari Palindo.

Palindo Marine sendiri baru menandatangani kontrak untuk produksi empat unit kapal cepat rudal dari 16 kapal yang ditargetkan dalam target minimum pengadaan alat utama sistem persenjataan. "Pertimbangan untuk meneruskan kontrak dengan Palindo antara lain masalah perawatan kapal," ujar dia.

Direktur Utama Palindo Marine Harmanto mengaku siap untuk meneruskan kontrak produksi KCR 40. "Kami tidak masalah jika target pengadaan kapal dipercepat," kata Harmanto.


(Foto: Tribunnews Batam/Argyanto)


Pembuatan KCR 40, ujar dia, membutuhkan waktu 12 bulan untuk setiap unit. "Tapi tidak masalah karena kami bisa kerjakan secara paralel." Ahak--panggilan akrab Harmanto, mengaku mampu membangun lima kapal cepat rudal sekaligus.

Namun Kementerian Pertahanan mengakui masalah pendanaan masih menghambat percepatan produksi KCR 40. Tiga unit kapal yang sudah diproduksi, seluruhnya menggunakan skema pinjaman dalam negeri. Bank Mandiri selaku bank milik pemerintah ikut membiayai pembuatan kapal senilai Rp 75 miliar per unit.

Kapal cepat rudal sepanjang 44 meter ini terbuat dari high tensile steel pada bagian lambung dan aluminium alloy di bagian atas. KCR 40 dapat melaju hingga 30 knot, atau kurang lebih 60 kilometer per jam.


Saturday, January 26, 2013

Ratusan Anggota OPM Kembali ke NKRI

Selamat Datang Kepangkuan NKRI, Brothers...

Bintang Kejora, bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Sebanyak 212 anggota OPM yang dipimpin Daniel Kogoya menyatakan keinginan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pernyataan ratusan mantan OPM itu tertuang dalam ikrar kesetiaan yang diucapkan di hadapan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua, Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw, dan Sekda Papua Elly Loupatty di Skouw, perbatasan RI-Papua Nugini (PNG), kemarin.

Selain mengucapkan ikrar setiap terhadap NKRI, Daniel yang menyatakan diri sebagai salah satu panglima OPM itu juga menyerahkan tiga pucuk senjata yang selama ini digunakannya. Ketiga pucuk yang digunakan itu adalah jenis engkeloop, FN 45 dan air softgun yang seluruhnya dalam kondisi baik.

Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, mengharapkan, lebih banyak lagi anggota OPM yang selama ini berkeliaran di hutan di perbatasan RI-PNG akan turun untuk bersama-sama membangun Papua. "Mari bersama-sama membangun Papua dan selaku Pangdam Cenderawasih akan selalu menerima dengan tangan terbuka setiap warga yang ingin kembali ke pangkuan ibu pertiwi," tegas Mayjen TNI Zebua.

Senada dengan itu, Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengharapkan mereka yang sudah terlebih dahulu turun agar mau mengajak saudara saudara lainnya yang masih berada di hutan. "Ajak saudara atau warga lainnya yang masih di hutan untuk bersama-sama membangun Papua," kata Brigjen Pol Waterpauw.

Sementara itu, Sekda Papua Elly Loupatty mengharapkan para mantan OPM itu mau hidup membaur dengan warga lainnya, termasuk dengan nonPapua. "Kemajuan dan kesejahteraan di Papua hanya dapat tercapai bila kita semua bekerja keras untuk mencapainya baik itu pemerintahnya maupun masyarakat," kata Sekda Papua Elly Loupatty.

Kelompok OPM Daniel Kogoya selama ini beroperasi di wilayah perbatasan RI-PNG. Rumor yang beredar di masyarakat menyebutkan batas akhir untuk merdeka atau tidak adalah tahun 2014.

(Republika)

IMP SAVE INDONESIA: RI Produksi Rudal Sendiri



BATAM, (IMP) --Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro berharap Rudal C-705 yang dipergunakan untuk Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 KRI Beladau 643 dan kapal sejenisnya yang selama ini didatangkan dari China bisa dibuat di Indonesia.

"Kami sedang mengupayakan alih teknologi agar nantinya rudal tersebut bisa diproduksi di dalam negeri," kata Menteri pertahanan (Menhan) setelah serah terima KRI Beladau 643 dari PT Palindo Marine Sipyard Batam di Dermaga Selatan Pelabuhan Batuampar, Batam, Jumat.

Menteri mengatakan, bila rudal dengan jarak jelajah hingga 150 kilometer tersebut bisa diproduksi di dalam negeri maka banyak keuntungan yang didapat.

"Kami tengah berupaya menuju kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dengan berbagai upaya yang telah dikembangkan didalam negeri. Termasuk pembuatan KCR 40 yang diserahterimakan hari ini," katanya.

Sebagai negara yang besar, kata dia, Indonesia membutuhkan tambahan alutsista baik untuk TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Untuk TNI AL, kata menteri, hingga 2014 akan ada 16 kapal sejenis KRI Beladau 643 yang akan digunakan untuk mengamankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan kapal ini merupakan upaya peningkatan alat utama sistem senjata (alutsista) yang tengah dibangun bagi seluruh angkatan.

Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.

TNI AL, kata Menteri, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh. Untuk angkatan udara dan angkatan darat, kata dia, juga akan diserahterimakan beberapa alutsista baru untuk menjaga keamanan NKRI.

"Tahun ini anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI sekitar Rp81 triliun. Dengan anggaran tersebut, kami akan terus menambah alutsista sesuai dengan kebutuhan secara bertahap," kata Purnomo.

(Antara)

RI Produksi Rudal Sendiri

Wuih, RI Siap Produksi Rudal Sendiri?

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro


REPUBLIKA.CO.ID, BATAM---Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro berharap Rudal C-705 yang dipergunakan untuk Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 KRI Beladau 643 dan kapal sejenisnya yang selama ini didatangkan dari China bisa dibuat di Indonesia.

"Kami sedang mengupayakan alih teknologi agar nantinya rudal tersebut bisa diproduksi di dalam negeri," kata Menteri pertahanan (Menhan) setelah serah terima KRI Beladau 643 dari PT Palindo Marine Sipyard Batam di Dermaga Selatan Pelabuhan Batuampar, Batam, Jumat.

Menteri mengatakan, bila rudal dengan jarak jelajah hingga 150 kilometer tersebut bisa diproduksi di dalam negeri maka banyak keuntungan yang didapat.

"Kami tengah berupaya menuju kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dengan berbagai upaya yang telah dikembangkan didalam negeri. Termasuk pembuatan KCR 40 yang diserahterimakan hari ini," katanya.

Sebagai negara yang besar, kata dia, Indonesia membutuhkan tambahan alutsista baik untuk TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Untuk TNI AL, kata menteri, hingga 2014 akan ada 16 kapal sejenis KRI Beladau 643 yang akan digunakan untuk mengamankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan kapal ini merupakan upaya peningkatan alat utama sistem senjata (alutsista) yang tengah dibangun bagi seluruh angkatan.

Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.

TNI AL, kata Menteri, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh. Untuk angkatan udara dan angkatan darat, kata dia, juga akan diserahterimakan beberapa alutsista baru untuk menjaga keamanan NKRI.

"Tahun ini anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI sekitar Rp81 triliun. Dengan anggaran tersebut, kami akan terus menambah alutsista sesuai dengan kebutuhan secara bertahap," kata Purnomo.

(Antara)

Friday, January 25, 2013

MENHAN RESMIKAN

KRI BELADAU 643 BERGABUNG DENGAN TNI AL 

BELADAU 643

BATAM-(IDB) : Sejarah kesuksesan memproduksi kapal perang kembali terulang. Hari ini (25/1) Kota Batam melalui salah satu perusahaan shipyardnya meresmikan satu unit kapal perang yakni KRI Beladau 643.

Ini merupakan kapal perang kedua yang sukses diproduksi di Batam oleh PT Palindo Marine Shipyard. Selain PT Palindo Marine, tahun 2011 lalu Batam juga memproduksi 1 unit KRI. Kapal perang yang akan diresmikan Menteri Pertahanan dan Keamanan RI Purnomo Yusgiantoro di pelabuhan Batuampar ini merupakan kapal cepat rudal (KCR).

Menurut rencana, selain Menhan, turut hadir di acara peresmian dan serahterima kapal perang ini yakni Panglima TNI, Kapolri, KSAL, Ketua Komisi I DPR RI dan pejabat tinggi di Provinsi Kepri maupun Batam.

Sekilas Spesifikasi KRI Beladau 643

KRI Beladau sejenis dengan KRI Clurit dan KRI Kujang. Beladau sendiri adalah nama senjata rakyat khas Riau.

wikipedia mencatat, beladau adalah belati dari Indonesia. Pisau ini umumnya dikenal di daerah Sumatera dari Riau sampai Mentawai. Senjata ini merupakan senjata tikam dan senjata sayat. Panjang pisau ini biasanya sekitar 24cm.

Kapal perang ini dikerjakan, mulai proses awal hingga akhir, oleh putra putri terbaik bangsa Indonesia. Selain sumberdaya manusia, lebih dari 60 persen material pembuatan kapal ini juga produksi dalam negeri.

KRI ketiga produksi Batam ini memiliki panjang 44 meter, lebar 8 meter dan tinggi 3,4 meter. Sistem propulasi kapal ini adalah fixed propeller 5 daun yang mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.

KRI ini terbuat dari baja khusus High Tensile Steel pada bagian hulu (lambung). Baja ini merupakan produksi dalam negeri dari PT Krakatau Steel.

KRI Beladau dirancang untuk membawa rudal anti kapal C-705 buatan China di bagian buritan. Sementara itu di bagian haluan akan dipasang meriam CIWS (closed in weapon system) kaliber 30mm.

Nah, di anjungan belakang terpasang 2 buah meriam 20mm.

Sementara bagian atas kapal menggunakan aluminium alloy sehingga memiliki stabilitas dan kecepatan tinggi saat berlayar.

Pagi ini kapal yang dibuat di PT Palindo Marine Shipyard ini akan diresmikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan RI Purnomo Yusgiantoro.


Inilah Tiga KRI yang Dibikin PT Palindo Marine Shipyard, Batam


KRI Kujang termasuk jenis KRC- 40

PT Palindo Marine Shipyard membanggakan Batam. Kamis 16 Februari 2012 perusahaan yang beroperasi di sei lekop ini menyerahkan KRI Kujang-642 ke TNI AL. KRI Kujang adalah kapal patroli kedua yang diserahkan Palindo pada TNI AL.

Dua tahun lalu, tepatnya Senin, 25 April 2011 Palindo menyerahkan KRI Clurit yang sejenis dengan KRI Kujang ke TNI AL.

Nah, hari ini Palindo menyerahkan KRI Beladau 643.


Sumber : BatamPos

Wednesday, January 23, 2013

ANALISIS NEXT WEAPON;

TUNGUSKA OR PANTSYR...???


Pantsir-S short-range air defense system


TNI AD tidak mau tanggung-tanggung dalam memodernisasi persenjataan mereka. Rencana Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow semakin mendekati kenyataan setelah kongres AS memberikan lampu hijau untuk menjual helikopter itu kepada Indonesia.

JKGR-(IDB) : Kementerian Pertahanan akan tetap membeli helikopter Apache dari Amerika Serikat. Harga yang mahal tidak menyurutkan niat pemerintah. “Harganya memang sangat mahal, kami harus mempertimbangkan kekuatan anggaran,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Rabu, 9 Januari 2013. …”Congress notification sudah kami terima, kini tinggal tunggu persetujuan DPR kita,” kata Ediwan.


HELLFIRE
Rudal HELLFIRE AGM-114R3


Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow juga meliputi persenjataan mutakhir milik Amerika Serikat, yakni 32 launcher misil M299A1 HELLFIRE serta 140 rudal HELLFIRE AGM-114R3.

Apache Longbow Enhancements:
Longer-range weapons accuracy and all-weather/night fighting, Detection of objects (moving or stationary) without being detected, Classification and threat-prioritization of up to 128 targets in less than a minute.
Integrated sensors, networking, and digital communications for situational awareness, management of the combat arena in real time, and digital transmission of images and target locations to joint operations battlefield commanders.

Sejumlah peralatan pendukung untuk helikopter Apache ini juga diborong Indonesia termasuk:
" 19 T-700-GE-701D Engines (16 installed and 3 spares), 9 Modernized Target Acquisition and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensors, 4 AN/APG-78 Fire Control Radars (FCR) with Radar Electronics Units (Longbow Component), 4 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers, 10 AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) with 5 th Sensor and Improved Countermeasure Dispenser, 10 AN/AVR-2B Laser Detecting Sets, 10 AN/APR-39A(V)4 Radar Signal Detecting Sets, 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21) ".


Mi-35 P 

Mi-35 TNI AD


Selain AH 64 D Apache Longbow, TNI AD juga telah memiliki Letayushiy tank atau tank terbang, Mi-35P (Mil Mi-24 (NATO: Hind).

Menurut Jane’s Defence, Mil Mi-35P memiliki kesamaan fungsi dengan jenis helikopter AH-1 Cobra, UH-60 Black Hawk, AH-64 Apache, A129 Mangusta dan Kamov Ka-52 Alligator.

Mi-35P merupakan helikopter bermesin ganda yang ditujukan untuk memberikan dukungan bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan kendaraan lapis baja serta sebagai alat transportasi pasukan atau barang; artinya helikopter ini merupakan alat tempur pasukan infantri yang terbang.

Kinerja
Laju maksimum: 335 km/h (208 mph)
Jarak jangkau: 450 km
Batas tertinggi servis: 4.500 m
Persenjataan
12,7 mm YaKB-12.7 Yakushev-Borzov multi-barrel machinegun
1500 kg bom
4× Peluru kendali anti tank (AT-9 Spiral-2) alias 9M120 Ataka.
4× 57 mm S-5 rocket pod atau 4× 80 mm S-8 rocket pod
2× 23 mm meriam dua laras atau
4× tangki bahan bakar eksterna
Sebagai rudal anti tank, jangkauan AT-9 cukup jauh, bisa mencapai 6 – 8 Km dengan kecepatan luncur 550 meter per detik. Rusia sangat mengandalkan AT-9 sebagai pilihan alutsista mereka. Selain dirancang untuk diluncurkan dari heli Mi-35/Mi-24, heli tempur kelas berat Mi-28 Havoc juga mengandalkan AT-9 untuk menghancurkan tank musuh.
AH 64 D Apache dan Mi35P


AH 64 D Apache Longbow


Helikopter serbu tetap saja memiliki kelemahan dalam medan pertempuran. AH-64 Apache hanya bisa terbang selama 3 jam 9 menit, dan harus turun / menarik diri dari medan pertempuran, untuk pengisian ulang bahan bakar. Karena keterbatasan itu, maka helikopter serbu disebut sebagai alutsista bantuan bagi pertempuran/ serangan darat.

Heli Apache AH 64 maupun Mi35P lebih ditujukan sebagai fungsi Attack (bantuan), menetralisir sasaran yang sulit dituntaskan oleh pasukan darat.

Lalu unit mana yang mengisi posisi defence/ pertahanan, embeded dengan pasukan kavaleri, jika MBT Leopard 2 dan IFV Marder bergerak di medan pertempuran. Begitu pula dengan perlindungan terhadap MLRS Astros II dan Meriam Caesar 155mm yang baru dibeli.
Yom Kippur 1973


Perang Yom Kippur 1973


Peperangan Yom Kippur antara Israel dan Mesir bisa memberi gambaran betapa pentingnya rudal pertahanan bagi satuan lapis baja.

Pagi 6 Oktober 1973, setelah Brigade lapis baja Mesir berhasil menyeberangi Terusan Suez dan menyapu pasukan Israel di pos terdepan, Angkatan Udara Israel langsung mengudara memburu satuan lapis baja Mesir. 

Mereka tidak sadar rudal anti-udara Mesir sudah menunggu di belakang satuan Lapis baja. Ratusan pesawat Israel yang melakukan penyerbuan rontok dimakan SAM Mesir.

Kesalahan Mesir adalah, payung udara ini tidak terus bergerak bersama dengan satuan lapis baja yang terus melaju ke depan. Akhirnya Israel menemukan celah untuk melakukan serangan balik, mengisolasi satuan lapis baja yang sudah menyeberangi terusan Suez dan melakukan penghancuran.

Tunguska Atau Pantsyr


Tunguska M1


TNI AD pun mulai mencari sistem persenjataan anti-udara yang bisa melindungi kendaraan lapis baja saat bergerak di medan pertempuran. Untuk itu Tunguska M1 Anti-Aircraft System milik Rusia (NATO SA-19 Grison) mulai dilirik.

Tunguska M1 merupakan sistem senjata dan rudal, untuk pertahanan udara low level, baik untuk pesawat terbang, helikopter maupaun sasaran darat. Kelebihannya, persenjataan ini bisa membidik targetnya baik dalam keadaan diam maupun saat bergerak, dilengkapi rudal jarak jauh serta senjata mesin, untuk pertahanan jarak dekat. Tunguska sudah digunakan Angkatan darat Rusia sejak tahun 1998 dan telah diekspor ke Jerman, India, Peru, Maroko dan Ukraina.

Dengan kecepatan maksimum 900 meter/second, rudal ini mampu membidik sasaran darat 15 meter hingga 6 km untuk sasaran darat dan 6 hingga 15 km untuk sasaran udara. Tunguska juga dilengkapi dengan dua twin-barrel 30mm anti-aircraft guns yang bisa menyemburkan peluru 5000 butir per menit dengan jarak 3 km untuk sasaran udara. Untuk sasaran udara bisa mencapai 4 km.

Radar Tunguska mampu menjejak musuh dikejauhan 18 km dan mulai bisa tracking di jarak 16 km.
Pantsyr S1 


Pantsyr S-1 (tracked)


Pilihan lainnya adalah senjata sistem pertahanan udara jarak dekat Pantsyr-S 1 (SA-22 Greyhound). Senjata ini lebih maut untuk menangkis berbagai jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru kendali, precision-guided munition hingga unmanned air vehicles. Pantsyr juga bisa menghantam light-armoured ground targets.

Produsen pantsyr S1 sama dengan Tunguska M1, didisain oleh KBP Instrument Design Bureau, di Tula dan dirakit oleh Ulyanovsk Mechanical Plant, Ulyanovsk, Rusia. Pantsyr diyakini lebih akurat dibandingkan Tunguska M1, karenasistemnya pun lebih baru. Sistem pertahanan dan persenjataannya dapat diaktifkan dalam beberapa mode frekuensi dan beroperasi pada multimode adaptive radar-optical control system.

Pantsyr didisain untuk menghadapi semua tipe target, khususnya high-precision weapons. Pantsyr ini dioperasikan oleh Uni Emirate Arab sejak tahun 2007. Suriah menerima sekitar 50 pantsyr pada tahun 2008. Jordiania juga memesannya dengan jumlah yang dirahasiakan.
Pantsyr S1 surface-to-air missiles

Pantysr S1


Pantsyr-S1 mengusung 12 rudal 57E6 permukaan-ke-udara dengan hulu ledak 16 kg. Rudal ini memiliki berat 65kg dan memiliki kecepatan maksimum 1,1 km/ detik dengan daya jangkau 1 hingga 12 km.

Dua senjata 2A72 30mm dilengkapi dengan 750 putaran dari berbagai amunisi (HE (high-explosive) fragmentation, fragmentation tracer and armour-piercing with tracer). Menyemburkan 700 putaran/ menit dengan jarak hingga 4 km.

Jarak deteksi sasaran 30 km dan tracking 30km. Air defence system ini mampu menjejak benda sebesar 2cm² hingga 3cm² untuk target sejauh 24 km. Radar Pantsyr dapat menjejak rudal yang sedang dalam perjalannaya menuju sasaran.

Rudal ini dipasang di truk The Ural-5323 truck 8×8 atau di kendaraan lapis baja (tracked).

Pantysr Chasis Ural Truck 8×8


Ada baiknya yang dipilih adalah Pantsyr yang menggunakan platform tank (roda rantai/ tracked) agar bisa mengikuti pergerakan MBT Leopard/ IFV Marder serta lapis baja kavaleri lainnya.

Kasus perang Yom Kippur 1973 menunjukkan, satuan pertahanan udara Mesir tidak bisa mengikuti kecepatan pergerakan lapis baja, menyebabkan payung udara bagi lapis baja bolong dan berhasil dimanfaatkan Israel.

Jika ke depan TNI jadi membeli sistem persenjataan pertahanan udara jarak jauh seperti S-400 atau S-300 maka Pantsyr juga bisa melindungi S 300 tersebut.

Membeli Pantsyr dan S-300 adalah harga yang terlalu murah untuk melindungi ratusan juta penduduk Indonesia serta menjaga wilayah Indonesia yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke beserta kekayaannya yang melimpah.

Hal itu pula yang diyakini oleh Vietnam. Meski ekonomi mereka relatif lebih lemah dari Indonesia, namun untuk urusan menjaga tanah air dan rakyatnya, Alutsista nomer 1 yang mereka beli, seperti 6 KS Kilo, Frigate Gepard Class Rusia, serta 40 Rudal Pertahanan pantai Bastion-P Yakhont (SS-N-26) anti-ship missiles 


Sumber : JKGR
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...