Wednesday, January 23, 2013

ANALISIS NEXT WEAPON;

TUNGUSKA OR PANTSYR...???


Pantsir-S short-range air defense system


TNI AD tidak mau tanggung-tanggung dalam memodernisasi persenjataan mereka. Rencana Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow semakin mendekati kenyataan setelah kongres AS memberikan lampu hijau untuk menjual helikopter itu kepada Indonesia.

JKGR-(IDB) : Kementerian Pertahanan akan tetap membeli helikopter Apache dari Amerika Serikat. Harga yang mahal tidak menyurutkan niat pemerintah. “Harganya memang sangat mahal, kami harus mempertimbangkan kekuatan anggaran,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Rabu, 9 Januari 2013. …”Congress notification sudah kami terima, kini tinggal tunggu persetujuan DPR kita,” kata Ediwan.


HELLFIRE
Rudal HELLFIRE AGM-114R3


Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow juga meliputi persenjataan mutakhir milik Amerika Serikat, yakni 32 launcher misil M299A1 HELLFIRE serta 140 rudal HELLFIRE AGM-114R3.

Apache Longbow Enhancements:
Longer-range weapons accuracy and all-weather/night fighting, Detection of objects (moving or stationary) without being detected, Classification and threat-prioritization of up to 128 targets in less than a minute.
Integrated sensors, networking, and digital communications for situational awareness, management of the combat arena in real time, and digital transmission of images and target locations to joint operations battlefield commanders.

Sejumlah peralatan pendukung untuk helikopter Apache ini juga diborong Indonesia termasuk:
" 19 T-700-GE-701D Engines (16 installed and 3 spares), 9 Modernized Target Acquisition and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensors, 4 AN/APG-78 Fire Control Radars (FCR) with Radar Electronics Units (Longbow Component), 4 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers, 10 AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) with 5 th Sensor and Improved Countermeasure Dispenser, 10 AN/AVR-2B Laser Detecting Sets, 10 AN/APR-39A(V)4 Radar Signal Detecting Sets, 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21) ".


Mi-35 P 

Mi-35 TNI AD


Selain AH 64 D Apache Longbow, TNI AD juga telah memiliki Letayushiy tank atau tank terbang, Mi-35P (Mil Mi-24 (NATO: Hind).

Menurut Jane’s Defence, Mil Mi-35P memiliki kesamaan fungsi dengan jenis helikopter AH-1 Cobra, UH-60 Black Hawk, AH-64 Apache, A129 Mangusta dan Kamov Ka-52 Alligator.

Mi-35P merupakan helikopter bermesin ganda yang ditujukan untuk memberikan dukungan bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan kendaraan lapis baja serta sebagai alat transportasi pasukan atau barang; artinya helikopter ini merupakan alat tempur pasukan infantri yang terbang.

Kinerja
Laju maksimum: 335 km/h (208 mph)
Jarak jangkau: 450 km
Batas tertinggi servis: 4.500 m
Persenjataan
12,7 mm YaKB-12.7 Yakushev-Borzov multi-barrel machinegun
1500 kg bom
4× Peluru kendali anti tank (AT-9 Spiral-2) alias 9M120 Ataka.
4× 57 mm S-5 rocket pod atau 4× 80 mm S-8 rocket pod
2× 23 mm meriam dua laras atau
4× tangki bahan bakar eksterna
Sebagai rudal anti tank, jangkauan AT-9 cukup jauh, bisa mencapai 6 – 8 Km dengan kecepatan luncur 550 meter per detik. Rusia sangat mengandalkan AT-9 sebagai pilihan alutsista mereka. Selain dirancang untuk diluncurkan dari heli Mi-35/Mi-24, heli tempur kelas berat Mi-28 Havoc juga mengandalkan AT-9 untuk menghancurkan tank musuh.
AH 64 D Apache dan Mi35P


AH 64 D Apache Longbow


Helikopter serbu tetap saja memiliki kelemahan dalam medan pertempuran. AH-64 Apache hanya bisa terbang selama 3 jam 9 menit, dan harus turun / menarik diri dari medan pertempuran, untuk pengisian ulang bahan bakar. Karena keterbatasan itu, maka helikopter serbu disebut sebagai alutsista bantuan bagi pertempuran/ serangan darat.

Heli Apache AH 64 maupun Mi35P lebih ditujukan sebagai fungsi Attack (bantuan), menetralisir sasaran yang sulit dituntaskan oleh pasukan darat.

Lalu unit mana yang mengisi posisi defence/ pertahanan, embeded dengan pasukan kavaleri, jika MBT Leopard 2 dan IFV Marder bergerak di medan pertempuran. Begitu pula dengan perlindungan terhadap MLRS Astros II dan Meriam Caesar 155mm yang baru dibeli.
Yom Kippur 1973


Perang Yom Kippur 1973


Peperangan Yom Kippur antara Israel dan Mesir bisa memberi gambaran betapa pentingnya rudal pertahanan bagi satuan lapis baja.

Pagi 6 Oktober 1973, setelah Brigade lapis baja Mesir berhasil menyeberangi Terusan Suez dan menyapu pasukan Israel di pos terdepan, Angkatan Udara Israel langsung mengudara memburu satuan lapis baja Mesir. 

Mereka tidak sadar rudal anti-udara Mesir sudah menunggu di belakang satuan Lapis baja. Ratusan pesawat Israel yang melakukan penyerbuan rontok dimakan SAM Mesir.

Kesalahan Mesir adalah, payung udara ini tidak terus bergerak bersama dengan satuan lapis baja yang terus melaju ke depan. Akhirnya Israel menemukan celah untuk melakukan serangan balik, mengisolasi satuan lapis baja yang sudah menyeberangi terusan Suez dan melakukan penghancuran.

Tunguska Atau Pantsyr


Tunguska M1


TNI AD pun mulai mencari sistem persenjataan anti-udara yang bisa melindungi kendaraan lapis baja saat bergerak di medan pertempuran. Untuk itu Tunguska M1 Anti-Aircraft System milik Rusia (NATO SA-19 Grison) mulai dilirik.

Tunguska M1 merupakan sistem senjata dan rudal, untuk pertahanan udara low level, baik untuk pesawat terbang, helikopter maupaun sasaran darat. Kelebihannya, persenjataan ini bisa membidik targetnya baik dalam keadaan diam maupun saat bergerak, dilengkapi rudal jarak jauh serta senjata mesin, untuk pertahanan jarak dekat. Tunguska sudah digunakan Angkatan darat Rusia sejak tahun 1998 dan telah diekspor ke Jerman, India, Peru, Maroko dan Ukraina.

Dengan kecepatan maksimum 900 meter/second, rudal ini mampu membidik sasaran darat 15 meter hingga 6 km untuk sasaran darat dan 6 hingga 15 km untuk sasaran udara. Tunguska juga dilengkapi dengan dua twin-barrel 30mm anti-aircraft guns yang bisa menyemburkan peluru 5000 butir per menit dengan jarak 3 km untuk sasaran udara. Untuk sasaran udara bisa mencapai 4 km.

Radar Tunguska mampu menjejak musuh dikejauhan 18 km dan mulai bisa tracking di jarak 16 km.
Pantsyr S1 


Pantsyr S-1 (tracked)


Pilihan lainnya adalah senjata sistem pertahanan udara jarak dekat Pantsyr-S 1 (SA-22 Greyhound). Senjata ini lebih maut untuk menangkis berbagai jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru kendali, precision-guided munition hingga unmanned air vehicles. Pantsyr juga bisa menghantam light-armoured ground targets.

Produsen pantsyr S1 sama dengan Tunguska M1, didisain oleh KBP Instrument Design Bureau, di Tula dan dirakit oleh Ulyanovsk Mechanical Plant, Ulyanovsk, Rusia. Pantsyr diyakini lebih akurat dibandingkan Tunguska M1, karenasistemnya pun lebih baru. Sistem pertahanan dan persenjataannya dapat diaktifkan dalam beberapa mode frekuensi dan beroperasi pada multimode adaptive radar-optical control system.

Pantsyr didisain untuk menghadapi semua tipe target, khususnya high-precision weapons. Pantsyr ini dioperasikan oleh Uni Emirate Arab sejak tahun 2007. Suriah menerima sekitar 50 pantsyr pada tahun 2008. Jordiania juga memesannya dengan jumlah yang dirahasiakan.
Pantsyr S1 surface-to-air missiles

Pantysr S1


Pantsyr-S1 mengusung 12 rudal 57E6 permukaan-ke-udara dengan hulu ledak 16 kg. Rudal ini memiliki berat 65kg dan memiliki kecepatan maksimum 1,1 km/ detik dengan daya jangkau 1 hingga 12 km.

Dua senjata 2A72 30mm dilengkapi dengan 750 putaran dari berbagai amunisi (HE (high-explosive) fragmentation, fragmentation tracer and armour-piercing with tracer). Menyemburkan 700 putaran/ menit dengan jarak hingga 4 km.

Jarak deteksi sasaran 30 km dan tracking 30km. Air defence system ini mampu menjejak benda sebesar 2cm² hingga 3cm² untuk target sejauh 24 km. Radar Pantsyr dapat menjejak rudal yang sedang dalam perjalannaya menuju sasaran.

Rudal ini dipasang di truk The Ural-5323 truck 8×8 atau di kendaraan lapis baja (tracked).

Pantysr Chasis Ural Truck 8×8


Ada baiknya yang dipilih adalah Pantsyr yang menggunakan platform tank (roda rantai/ tracked) agar bisa mengikuti pergerakan MBT Leopard/ IFV Marder serta lapis baja kavaleri lainnya.

Kasus perang Yom Kippur 1973 menunjukkan, satuan pertahanan udara Mesir tidak bisa mengikuti kecepatan pergerakan lapis baja, menyebabkan payung udara bagi lapis baja bolong dan berhasil dimanfaatkan Israel.

Jika ke depan TNI jadi membeli sistem persenjataan pertahanan udara jarak jauh seperti S-400 atau S-300 maka Pantsyr juga bisa melindungi S 300 tersebut.

Membeli Pantsyr dan S-300 adalah harga yang terlalu murah untuk melindungi ratusan juta penduduk Indonesia serta menjaga wilayah Indonesia yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke beserta kekayaannya yang melimpah.

Hal itu pula yang diyakini oleh Vietnam. Meski ekonomi mereka relatif lebih lemah dari Indonesia, namun untuk urusan menjaga tanah air dan rakyatnya, Alutsista nomer 1 yang mereka beli, seperti 6 KS Kilo, Frigate Gepard Class Rusia, serta 40 Rudal Pertahanan pantai Bastion-P Yakhont (SS-N-26) anti-ship missiles 


Sumber : JKGR

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...