Monday, December 31, 2012

Air Force Plans Upgrades to Radar System

Royal Thai Air Force Defence System (RTAD)

Network centric concept of the RTAF (all photos : wing7)

The air force will improve its radar-based defence system next year and link it to the army and navy for joint missions.

It intends to replace ageing radars and support facilities with new systems to search for airborne targets under the Royal Thai Air Force Defence System (RTAD), said air force chief Prajin Jantong.

The air force will be able to communicate with the navy's frigates _ HTMS Naresuan and HTMS Taksin _ and the navy's aircraft carrier HTMS Chakri Naruebet.

The communications facilities of these vessels are being upgraded, a military source said.

Earlier, the air force bought 12 Gripen fighter jets from Sweden along with two Saab 340 AEW early warning aircraft and a Saab 340 transport plane for 34 billion baht.



Linking the air force with the navy will enable joint operations in the future, the source said.

Connections will also be expanded to the army under the air force's "Network Centric" plan to link the systems of the three armed forces. The plan will be completed in 2014, the source said.

Meanwhile, ACM Prajin also wants the air force's new communications facilities to be applied to disaster response efforts _ a goal backed by Asean defence ministers who have agreed to work in concert in the field of regional disaster relief in the lead-up to the Asean Economic Community in 2015.



(source: Bangkok Post)

Pesawat Tanpa Awak Produksi Lokal Mulai Beroperasi 2013

Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia

PUNA Alap-Alap. (Foto: Berita HanKam)


29 Desember 2012, Sampit, Kalteng: Pesawat tanpa awak yang dikendalikan remote kontrol buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan dioperasikan pada 2013 mendatang, kata Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta.

Di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Sabtu Gusti Muhammad Hatta mengatakan, kemampuannya tidak diragukan lagi karena telah diuji coba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Kamis, 11 Oktober 2012.

"Pesawat tanpa awak yang diberi nama Wulung tersebut dirancang khusus dan sangat canggih sehingga memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan pesawat-pesawat yang ada," kata Menristek, Gusti Muhammad Hatta.

Selain bisa menjadi pesawat mata-mata, pesawat tersebut nantinya juga dapat dipergunakan untuk pemotretan wilayah dari udara dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Pesawat ini memiliki kemampuan terbang selama 4 jam tanpa henti dan bisa digunakan untuk membuat hujan buatan.

Jarak tempuh maksimalnya 70 kilometer, dengan kecepatan jelajah 52--69 knot. Puna Wulung bisa dikendalikan dengan jarak 73 kilometer dari remote control. Wulung mampu terbang hingga ketinggian 12 ribu kaki, dan yang sudah diujikan sejauh 8.000 kaki. BPPT membuat lima pesawat serupa, dan biaya yang dikeluarkan untuk lima pesawat serupa berkisar antara Rp6 miliar-Rp8 miliar.

Wulung memakai mesin 2 tak dan untuk mendapatkan tenaga yang optimal, bahan bakar yang dipergunakan adalah pertamax. Bahan material pesawat tanpa awak tersebut menggunakan komposit (komposisi serat kaca, fiber, karbon) sehingga mendapatkan struktur pesawat yang ringan.

"Dengan adanya pesawat tersebut nantinya pemadaman kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan tidak perlu lagi menaburkan garam pada awan dan kami telah menemukan bahan penggantinya, yani bernama pleer," katanya. Setiap satu kilogram pleer sama dengan satu ton kilogram garam dan pesawat Wulung mampu membawa delapan kilogram pleer.

(source: ANTARA News)

Indonesia Targetkan Tambah 10 Kapal Selam

Indonesia Tambah 10 Kapal Selam


SURABAYA, (IMP) -- Modernisasi alutsista TNI dilakukan secara serius untuk menunjung kekuatan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan TNI, khususnya matra Angkatan Laut dalam menjaga perairan Indonesia.

"Rencana strategis jangka panjang, Indonesia akan membeli 10 kapal selam," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat berkunjung ke PT PAL, Surabaya, Jumat (28/12).

Untuk tahap awal, Indonesia akan memiliki tiga kapal selam hasil kerjasama pembelian dari Korea Selatan. Dua dibuat di sana, kata dia, satu kapal selam dibuat murni anak negeri di PT PAL mulai 2016.

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia, puluhan teknisi dikirim ke Negeri Ginseng untuk mendapatkan menimba ilmu transfer teknologi.

Targetnya nanti, kata Sjafrie, sepulangnya ke Indonesia mereka memiliki kemampuan untuk merawat dan membuat kapal selam yang menjadi alutsista ampuh dalam menjaga perairan Indonesia. "Karena memelihara dan membangun kapal selam tidak beda jauh."

Pihaknya paham untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum (MEF) membutuhkan dana besar dan dilakukan dengan perencanaan matang. Meski begitu, kalau melihat cetak biru yang pemenuhan alutsista hingga 2024, maka hal itu hampir dipastikan terwujud.

Sjafrie menjelaskan, pada awal pemerintahan SBY, anggaran belanja alutsista per tahun masih Rp 500 miliar. Sekarang, dana yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 8 triliun. Selain untuk memasuk kebutuhan senjata operasional prajurit, langkah membeli produk senjata lokal juga untuk membantu memulihkan kejayaan industri pertahanan dalam negeri.

"PT PAL sudah bangkit dan secara khusus mendapat penyertaan modal. Tapi mereka harus menguatkan divisi kapal perang yang terkenal dengan teknologi tinggi."

Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*


Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*
Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*

Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*

(source: Antara)

Sunday, December 30, 2012

IMP SAVE INDONESIA

KENCANA SHARK WILL BE BACK



Tak lama lagi, kejayaan Hiu Kencana akan kembali. Cakra dan Nanggala tak lama lagi akan mendapat teman, seiring dengan makin nyatanya rencana kerjasama PT PAL dengan galangan DSME Korea Selatan berdasar skema JOA (Joint Operations Agreement). Berdasarkan kunjungan Wamenhan ke PT PAL pada 28 Desember 2012 lalu, sudah mulai ada sedikit sinar terang mengenai perkembangan proyek kapal selam Type-209 DWT 1.400 ton untuk TNI-AL. Dari kontrak awal sebanyak 3 kapal selam, dirinci bahwa kapal selam I dan II akan dibangun di galangan DSME, sementara untuk kapal selam ketiga modulnya akan dibangun oleh DSME, sementara final joint (penyambungan antar modul/ segmen) akan diselesaikan oleh PT PAL.



Mengingat krusialnya proses tersebut, maka proses ToT (Transfer of Technology) menjadi sangat penting. Apalagi PT PAL belum pernah melakukan rekayasa rancang bangun kapal selam sebelumnya. ARC sebelumnya memberitakan bahwa PT PAL telah menyiapkan sejumlah tenaga kerja yang akan melakukan OJT (On Job Training) ke DSME. Tak tanggung-tanggung, 416 orang teknisi PT PAL akan dikirim untuk melakukan observasi dan belajar pada saat kapal selam I dan II dibangun di DSME, lebih banyak dari jumlah 186 yang diberitakan sebelumnya. Bagi yang sedang mencari lowongan pekerjaan dan memiliki kualifikasi teknik khususnya desain dan produksi, ada kabar gembira. PT PAL masih membutuhkan 254 orang tenaga kerja baru untuk engineering, technician/ foreman, dan worker. Untuk menyiapkan sejumlah orang dan fasilitas produksi yang diperlukan untuk memproduksi kapal ketiga ini dibutuhkan anggaran sebesar US$ 215,2 Juta, yang terbagi USD 29,8 juta untuk manpower, USD 149,9 juta untuk fasilitas dan perlengkapan produksi yang meliputi 11 workshop, 8 instalasi, perlengkapan produksi dan ujicoba.Lebih jauh lagi, PT.PAL juga sudah menyiapkan lokasi tempat pembangunan kapal selam III. Lokasi yang disiapkan itu berada di Sektor B Galangan PT.PAL.


Apabila semua pihak berkomitmen untuk mendukung proses ini, PT PAL sejak jauh hari sudah menyatakan sanggup untuk menyiapkan segala aspek teknis dalam rangka pembangunan kapal selam ketiga. Komitmen tersebut dibutuhkan untuk menjaga agar kapal selam U-209 DWT 1.400 ton ini dikerjakan sesuai dengan jadwal, yaitu kapal I selesai pada 2016, kapal II pada pertengahan 2017, dan kapal III pada pertengahan 2018. Mari sama-sama kita doakan bersama agar kejayaan Hiu Kencana bisa kembali.


(source; ARC)

Kapal Selam Hiu Kencana

Kencana Shark Will Be Back


(IMP) -- Tak lama lagi, kejayaan Hiu Kencana akan kembali. Cakra dan Nanggala tak lama lagi akan mendapat teman, seiring dengan makin nyatanya rencana kerjasama PT PAL dengan galangan DSME Korea Selatan berdasar skema JOA (Joint Operations Agreement). Berdasarkan kunjungan Wamenhan ke PT PAL pada 28 Desember 2012 lalu, sudah mulai ada sedikit sinar terang mengenai perkembangan proyek kapal selam Type-209 DWT 1.400 ton untuk TNI-AL. 

Dari kontrak awal sebanyak 3 kapal selam, dirinci bahwa kapal selam I dan II akan dibangun di galangan DSME, sementara untuk kapal selam ketiga modulnya akan dibangun oleh DSME, sementara final joint (penyambungan antar modul/ segmen) akan diselesaikan oleh PT PAL.

Mengingat krusialnya proses tersebut, maka proses ToT (Transfer of Technology) menjadi sangat penting. Apalagi PT PAL belum pernah melakukan rekayasa rancang bangun kapal selam sebelumnya. ARC sebelumnya memberitakan bahwa PT PAL telah menyiapkan sejumlah tenaga kerja yang akan melakukan OJT (On Job Training) ke DSME. Tak tanggung-tanggung, 416 orang teknisi PT PAL akan dikirim untuk melakukan observasi dan belajar pada saat kapal selam I dan II dibangun di DSME, lebih banyak dari jumlah 186 yang diberitakan sebelumnya. 

Bagi yang sedang mencari lowongan pekerjaan dan memiliki kualifikasi teknik khususnya desain dan produksi, ada kabar gembira. PT PAL masih membutuhkan 254 orang tenaga kerja baru untuk engineering, technician/ foreman, dan worker. Untuk menyiapkan sejumlah orang dan fasilitas produksi yang diperlukan untuk memproduksi kapal ketiga ini dibutuhkan anggaran sebesar US$ 215,2 Juta, yang terbagi USD 29,8 juta untuk manpower, USD 149,9 juta untuk fasilitas dan perlengkapan produksi yang meliputi 11 workshop, 8 instalasi, perlengkapan produksi dan ujicoba. 

Lebih jauh lagi, PT.PAL juga sudah menyiapkan lokasi tempat pembangunan kapal selam III. Lokasi yang disiapkan itu berada di Sektor B Galangan PT.PAL.


Apabila semua pihak berkomitmen untuk mendukung proses ini, PT PAL sejak jauh hari sudah menyatakan sanggup untuk menyiapkan segala aspek teknis dalam rangka pembangunan kapal selam ketiga. Komitmen tersebut dibutuhkan untuk menjaga agar kapal selam U-209 DWT 1.400 ton ini dikerjakan sesuai dengan jadwal, yaitu kapal I selesai pada 2016, kapal II pada pertengahan 2017, dan kapal III pada pertengahan 2018. Ayo sama-sama kita doakan bersama agar kejayaan Hiu Kencana bisa kembali.


(ARC)

IMP SAVE INDONESIA: Amerika Jual PUNA Global Hawk ke Korea Selatan

AMERIKA JUAL PUNA GLOBAL HAWK KE KOREA SELATAN


RQ-4 Global Hawk. (Foto: USAF)

27 Desember 2012, Washington, DC: Pemerintahan Obama telah dengan resmi mengusulkan penjualan pesawat mata-mata tak berawak kepada Korea Selatan, dalam usaha untuk memperkuat kemampuan pemerintah Seoul melindungi diri terhadap serangan Korea Utara yang mempunyai angkatan bersenjata yang sangat besar itu.

Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Amerika mengatakan dalam pernyataan bahwa badan itu telah dengan resmi memberitahu Kongres mengenai rencana penjualan $1,2 miliar pesawat tak berawak Global Hawk yang terbang tinggi serta pelatihan dan dukungan logistik. Para analis mengatakan Kongres kemungkinan besar akan menyetujuinya.

Korea Selatan direncanakan akan mengambil-alih wewenang atas pasukannya dari Amerika Serikat tahun 2015, dan badan keamanan tadi mengatakan Seoul tidak akan mempunyai kesulitan menyerap sistem wewenang baru itu ke dalam angkatan bersenjatanya.

Sistem wewenang Amerika yang berlaku sekarang berasal dari peranan Amerika dalam perang Korea tahun 1950-1953, yang menghentikan serbuan Korea Utara untuk merebut kekuasaan atas Selatan.

Pesawat tak berawak Global Hawk, dengan radarnya yang menembus awan, membawa kamera digital resolusi-tinggi dan pengindera infra-merah. Pesawat itu kabarnya mampu mendeteksi benda yang panjangnya kurang dari 30 centimeter dari ketinggian kira-kira 20 kilometer.

Sumber: VOA

Saturday, December 29, 2012

Amerika Jual PUNA Global Hawk ke Korea Selatan

AS Jual Global Hawk ke Korea Selatan


RQ-4 Global Hawk. (Foto: USAF)

27 Desember 2012, Washington, DC: Pemerintahan Obama telah dengan resmi mengusulkan penjualan pesawat mata-mata tak berawak kepada Korea Selatan, dalam usaha untuk memperkuat kemampuan pemerintah Seoul melindungi diri terhadap serangan Korea Utara yang mempunyai angkatan bersenjata yang sangat besar itu.

Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Amerika mengatakan dalam pernyataan bahwa badan itu telah dengan resmi memberitahu Kongres mengenai rencana penjualan $1,2 miliar pesawat tak berawak Global Hawk yang terbang tinggi serta pelatihan dan dukungan logistik. Para analis mengatakan Kongres kemungkinan besar akan menyetujuinya.

Korea Selatan direncanakan akan mengambil-alih wewenang atas pasukannya dari Amerika Serikat tahun 2015, dan badan keamanan tadi mengatakan Seoul tidak akan mempunyai kesulitan menyerap sistem wewenang baru itu ke dalam angkatan bersenjatanya.

Sistem wewenang Amerika yang berlaku sekarang berasal dari peranan Amerika dalam perang Korea tahun 1950-1953, yang menghentikan serbuan Korea Utara untuk merebut kekuasaan atas Selatan.

Pesawat tak berawak Global Hawk, dengan radarnya yang menembus awan, membawa kamera digital resolusi-tinggi dan pengindera infra-merah. Pesawat itu kabarnya mampu mendeteksi benda yang panjangnya kurang dari 30 centimeter dari ketinggian kira-kira 20 kilometer.

Sumber: VOA

PT. PAL Diminta Tepat Waktu

Wamenhan Minta PT. PAL Tepat Waktu




Kapal cepat rudal KCR 60 yang diproduksi PT Pal (photo : Defense Studies)



Pengerjaan Kapal Militer di PT PAL Molor

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin mengungkapkan kemungkinan mundurnya jadwal penyerahan dua jenis kapal militer pesanan Kementerian Pertahanan yang tengah digarap PT PAL. Kementerian Pertahanan memesan dua unit tugboat serta tiga unit kapal cepat rudal ke PT PAL sejak dua tahun lalu dengan biaya sekitar Rp 500 miliar.

"Saya melihat prosesnya lambat karena perencanaan oleh pejabat yang lama tidak cermat. Mungkin penyelesaiannya akan meleset dari target pada 2013," kata Sjafrie saat meninjau pembuatan kedua kapal tersebut di galangan PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 28 Desember 2012.

Meskipun demikian, Sjafrie berharap agar target delivery time kedua kapal tersebut pada 2014 tidak meleset. Bekas Panglima Kodam Jaya itu juga menginginkan proses penuntasan kedua kapal itu tidak mempengaruhi delivery yang telah disepakati. "Sebab kapal itu merupakan bagian dari proses modernisasi peralatan Tentara Nasional Indonesia," kata Sjafrie.

Selain kedua jenis kapal pesanan tersebut, Sjafrie juga meninjau kesiapan PT PAL dalam pembuatan tiga unit kapal selam militer yang sedang dikerjakan bersama Korea Selatan. Menurut Sjafrie, satu di antara tiga kapal selam itu nantinya akan dikerjakan di galangan kapal milik PT PAL. "Kedatangan saya ke sini juga dalam rangka melihat persiapan pembangunan galangan kapal selam itu," ujar Sjafrie.

Direktur Utama PT PAL M. Firmansyah Arifin mengatakan, proses penggarapan tugboat dan kapal rudal cepat tidak meleset dari target. Ia pun optimistis pengerjaannya akan tuntas sesuai waktu. Sebab selain kontrak jangka panjang sudah di tangan, materialnya pun sudah tersedia. "Saya memahami pernyataan Wakil Menteri Pertahanan itu sebagai cambuk bagi kami agar bekerja keras merampungkan kapal itu," kata Firmansyah yang diwawancarai terpisah.


(source: Tempo)

Friday, December 28, 2012

Kilo 636 for Vietnam Undergoes Sea Trials

"Hanoi" Kilo 636 submarine is scheduled to be handed over in August 2013 (photo : Admship)

In early December of outfitting the wall "Admiralty Shipyards" to the factory sea trials in the Baltic Sea came submarine of project export series 06361. On the test boat will be based in Port Light near Kaliningrad. Correspondent Central Navy Portal source said the company. The first phase of the factory running tests (ZHI) is planned for the end of December, this period will be deep dive boat. The total period of the entire test program - nearly five months. To comply with contractual obligations to release the order for the ship ZHI organized two, and sometimes three shifts. Last month shipbuilders worked virtually around the clock.

Since this order - the head, then it establishes a number of new and upgraded systems and complexes. Thus, the project for the first time have the latest system of life of personnel ship (removal of pressure in the compartments and nitrogen fire-fighting). This system has already passed successfully tested on non-nuclear submarine "Saint Petersburg". Installation, testing and commissioning of the system on the project took a long time 06361 costs and special training commissioning team.

Skilled shipyard had to learn the new computerized system. Now they will have to share the skills learned from the crew of the Russian military, and then - to learn a foreign team. Due to the significant complexity of equipment for training the crew to customer country devoted almost five months, although the previous similar studies did not exceed two weeks. The number of teams in the acceptance ZHI - 52. Increased acceptance team composition is explained not only by the necessity test of new and upgraded systems, but also the training of young specialists. Immediately after the holidays to start learning a foreign crew. For this to be six outputs boat at sea for 10-12 days each.

In early May, the parent order - serial number 01339 - to get back to the dock yard. After removal of comments and audit SSK again come to sea in priemoperedatochnye test. Transfer of the first order under the contract series is scheduled for August 2013. Bookmark boats took place in 2010, they let down the order for the water August 28, 2012. According to unconfirmed reports, the head boat the customer given the name "Hanoi". Submarines of the Admiralty building will be the main submarine Navy customer country - Vietnam. Under the contract, worth about $ 2 billion, signed between Vietnam and Russia in December 2009, JSC "Admiralty Shipyards" to build a series of six diesel-electric submarines of Project 06361 deadlines - 2013-2016. This is the most ambitious program of cooperation between Russia and Vietnam in the segment of naval technology.

(source: Flotprom)

Rusia Ajak Oposisi Suriah Berunding

Rusia Ajak Oposisi Suriah Berunding

 
Salah satu anggota pasukan FSA menembakkan senjata ke udar smbil memegang bendera Suriah. 


REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia yang telah menyatakan sikapnya pekan lalu ‘khilaf’ telah mendukung rezim Bashar Assad, kali ini malah akan mengadakan perundingan dengan pemimpin Koalisi Oposisi Suriah, Ahmad Muaz al-Khatib. 

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, dalam satu pernyataannya, Jumat (28/12). “Undangan pertemuan telah kami sampaikan kepada al-Khatib, sekarang tergantung dirinya apakah ingin datang atau tidak,” ungkap Bogdanov seperti dikutip RIA Novosti, Jumat (28/12). 

Bogdanov belum menentukan lokasi pertemuan dengan pihak oposisi Suriah tersebut. Pertemuan akan diselenggarakan di Moskow dan rencananya akan dihadiri negara lain seperti Swiss dan Mesir. 

Oposisi Suriah masih belum sepenuhnya percaya dengan sikap Rusia yang diketahui selama ini adalah penopang utama rezim Assad. Pejuang oposisi Suriah juga memperbolehkan penculikan warga Rusia di Suriah, karena Rusia dianggap sebagai musuh mereka. 

Sebelumnya, sikap Rusia selalu mengecam kebijakan negara-negara Barat yang memberikan dukungan kepada oposisi Suriah. Namun, setelah mendapatkan laporan dari pengamatnya yang pulang dari Suriah, sikap Rusia menjadi bimbang. Pembantaian terhadap rakyat Suriah dan serangan militer Rusia yang makin kalap membuat pendirian Rusia goyah. 


(source: Republika) 


Pemekaran Armada TNI AL Menunggu Revisi Perpres


Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono (tengah) melakukan salam komando dengan Laksamana TNI Soeparno (kiri) dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Marsetio (kanan) yang baru disela-sela upacara sertijab di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Kamis (27/12). Laksamana Madya TNI Marsetio menggantikan pejabat lama, Laksamana TNI Soeparno. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/12).

27 Desember 2012, Surabaya: Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, rencana pemekaran tiga komando armada TNI AL masih harus menunggu selesainya revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI.

Saat ini ada dua komando armada TNI AL, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Barat dan Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. Rencananya, akan dimekarkan dengan tambahan satu lagi, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Tengah.

"Perpres 10 itu sedang dikaji kembali untuk direvisi dan Presiden juga sudah menyetujui," kata Suhartono kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Kepala Staf TNI AL, di dermaga Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur, Surabaya, Kamis.

Laksamana TNI Marsetio menggantikan Laksamana TNI Soeparno sebagai pucuk pimpinan TNI AL. Marsetio sebelumnya adalah wakil kepala staf TNI AL dan pernah menjadi asisten operasi panglima Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur.

Menurut Suhartono, pemekaran komando armada itu merupakan bagian validasi organisasi dari program pembangunan TNI AL untuk menjadi lebih profesional, handal dan disegani. "Nantinya akan ada seorang panglima bintang tiga yang membawahi tiga komando armada, yakni timur, tengah dan barat. Mereka akan bertanggung jawab terhadap wilayah armada laut Indonesia yang cukup besar," katanya. Akan tetapi, Suhartono tidak merinci kapan revisi Perpres tentang organisasi TNI tersebut akan selesai. "Sekarang revisinya sedang digodok," tegasnya.

Terkait pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista), ia menjelaskan bahwa Markas Besar TNI telah mencanangkan program pencapaian kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF), termasuk di TNI AL, bisa tercapai pada 2024. "Saya harapkan pada 2014, program MEF di TNI-AL sudah mencapai sekitar 40 persen. Cetak biru pembangunan MEF sudah disusun dan pimpinan TNI-AL harus konsisten melaksanakan itu," tambahnya.

Saat menyampaikan amanat pada upacara sertijab, Laksamana Agus Suhartono menyatakan, dinamika penugasan TNI ke depan, khususnya TNI AL akan semakin berat dan komplek. TNI AL akan dihadapkan pada tantangan tugas pembangunan kekuatan matra laut, pemberdayaan wilayah pertahanan laut, serta penegakan hukum dan pengamanan wilayah laut yurisdiksi nasional. "Semua itu membutuhkan kesiapsiagaan seluruh jajaran prajurit TNI AL agar mampu menjawab setiap persoalan, tantangan dan ancaman terhadap kepentingan nasional yang berkembang," kata Suhartono.

Indonesia Siap Luncurkan Roket Berdaya Jangkau 900 Km

Roket RX-550. (Foto: Berita HanKam)

28 Desember 2012, Jakarta. Indonesia siap meluncurkan roket tiga digit atau roket berdaya jangkau 100 km-900 km pada 2013 untuk memperkuat sistem persenjataan negara. Tahun depan kita akan mulai menguji statis maupun uji dinamis roket berdaya jangkau tiga digit," kata Asisten Deputi Menteri Riset dan Teknologi bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis Goenawan Wybiesana pada Evaluasi Akhir Tahun di Jakarta, Kamis. Untuk tahap awal, ujarnya, lebih dulu dikembangkan roket balistik berdaya jangkau 100 km dengan kaliber 350 mm sebanyak 10-20 unit, kemudian dilanjutkan dengan roket balistik kaliber berikutnya, disusul roket kendali.

Kementerian Ristek sebagai bagian dari konsorsium roket, turut mendanai proyek tersebut sebesar Rp10-15 miliar pada 2013. Selain Kemristek, konsorsium roket beranggotakan PT Pindad, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, Lapan, BPPT, LIPI, ITB UGM, ITS, dan lainnya. Teknologi roket, ujarnya, dibangun dari empat kemampuan yakni teknologi material, teknologi sistem kontrol, teknologi eksplosif dan propulsi serta teknologi mekatronik yang seluruhnya sudah dikuasai.

Program roket nasional, ia menerangkan, telah dimulai sejak 2005 dengan mensinergikan berbagai lembaga terkait, dilanjutkan pembuatan desain awal dan uji prototipe serta pengembangan desain pada 2010. Pada 2011, urainya, konsorsium roket ini meluncurkan freeze prototype 1 (prototipe jadi) yang setelah dibeli Kementerian Pertahanan dinamakan R Han 122 untuk dibuat menjadi massal melalui program 1.000 roket.

"R Han 122 ini memiliki kaliber 122 mm berdaya jangkau 15 km, lalu pada tahun yang sama, daya jangkaunya R Han 122 ditingkatkan menjadi 25 km dan pada 2012 R Han ditingkatkan lagi kalibernya menjadi 200 mm dengan daya jangkau 35 km," katanya.

Sebelum program roket untuk kepentingan pertahanan negara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah lama menguasai teknologi roket untuk kepentingan riset peluncuran satelit.


Thursday, December 27, 2012

Bangkitnya Industri Pertahanan Dalam Negeri

Masa Depan INDUSTRI PERTAHANAN DALAM NEGERI

CN 235 PT. DI



JAKARTA, (IMP) -- Debu yang menempel dibadan pesawat N-250 buatan Baharudin Jusuf Habibie mungkin sedikit-sedikit terhapus seiring menggeliatnya kembali industri kedirgantaraan dalam negeri. Pada 2012 ini, titik tolak menuju kemandirian industri strategis pertahanan dalam negeri, sudah dipancangkan pada 5 Oktober lalu. UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertepatan dengan hari ulang tahun ke-67 TNI itu.

Presiden Yudhoyono menyatakan bahwa regulasi itu merupakan oli untuk bisa licin meluncurkan berbagai produk alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri. Lahirnya UU ini dipercaya bakal mempercepat perkembangan industri pertahanan dalam negeri. Maklum, dengan keberadaan regulasi ini, persoalan laten mengenai kesulitan sinergi antar industri pertahanan, bisa terselesaikan. Apalagi, UU ini mengatur sinergi antar industri strategis maupun industri pertahanan dalam memproduksi alustsista.

Kelahiran UU Industri Pertahanan tak bisa dilepaskan dari pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) pada 2010 yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2010. Keberadaan KKIP amat menguntungkan PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, maupun PT PAL, sebagai tiga industri pertahanan terbesar milik negara. KKIP-lah yang berkontribusi membentuk masterplan revitalisasi industri pertahanan, kriteria industri pertahanan, kebijakan dasar pengadaan alutsista TNI dan Polri, serta verifikasi kemampuan industri pertahanan dan revitalisasi manajemen BUMN Industri Pertahanan.

KKIP dibentuk untuk mengawal pembangunan alutsista dalam negeri hingga 2029 yang dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, 2010 hingga 2014, KKIP mencanangkan empat program strategis, meliputi penetapan program revitalisasi industri pertahanan, stabilisasi dan optimalisasi industri pertahanan, penyiapan regulasi industri pertahanan dan penyiapan produk masa depan.

Pada 2012 ini, hampir semua program sudah terealisasi. Bahkan, PT DI sudah merasakan manfaatnya. "Sebelum ada KKIP, untuk pemesanan alutsista TNI harus melalui proses tender. Kalau saat ini, pengguna (TNI) bisa menunjuk secara langsung industri yang diinginkan. Yang terpenting, kesanggupan dari PT DI untuk menerima pesanan dari TNI dan Polri," kata dia. Sebagai bukti, pada 2011, PT DI sudah menerima pesanan tujuh unit helikopter Bell 412 EP dan sejumlah alutsista lainnya dari TNI. Bahkan, pada 2012 ini PT DI menerima pesanan pembuatan 9 unit pesawat angkut CN-295, 2 unit pesawat helikopter super puma untuk TNI AU, bahkan PT DI telah mengekspor pesawat CN-235 Maritime Patrol Aircraft (MPA). 

Kemitraan Strategis PT DI juga melakukan kemitraan strategis dengan produsen pesawat dari luar negeri, seperti Airbus Military dan Eurocopter European Aeronautic Defense Space Company (EADS). Kemitraan dengan Airbus Military akan semakin erat setelah kesepakatan produksi bersama pesawat C 212-400 versi upgrade dan C295. Pesawat yang akan dinamai NC 212 itu ditawarkan kepada pelanggan sipil serta militer, dilengkapi dengan avionik digital dan sistem autopilot terkini.

PT Pindad juga menerima banyak pesanan alutsista. Salah satu produk yang diminati adalahpanser anoa 6x6 yang telah melanglang buana dan menjadi kendaraan taktis dalam misi perdamaian PBB, sedangkan PT PAL dipercaya menggarap kerja sama pembuatan tiga unit kapal selam dengan Korea Selatan.

Ada pula pembuatan kapal trimaran, yaitu kapal antiradar dengan tiga lambung asal Swedia yang dibuat perusahaan swasta di Banyuwangi. Kapal yang memiliki kemampuan minim terdeteksi radar dengan kecepatan 48 knots dan dilengkapi pelontar roket ini akan digunakan TNI AL untuk operasi khusus. Walaupun pada percobaan pertamanya, kapal ini gagal dan harus terbakar habis.


Di sektor swasta, industri pertahanan juga menggeliat, seperti pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR) C705 produksi PT Palindo Marine seharga 73 miliar rupiah yang memiliki kecepatan 30 knots. Jarak tembak sasaran rudal C705 mencapai 70 kilometer. Saat ini, satu KCR yang diberi nama KRI Clurit telah beroperasi di bawah Komando Armada RI Kawasan Barat. Namun, keberhasilan sejumlah industri pertahanan itu masih sangat kecil dibandingkan dengan impor alutsista yang dilakukan tiga matra TNI. 

Saat ini sebagian besar alutsista milik TNI masih didominasi produk luar. Pesawat tempur masih didominasi nama, seperti F-16, sukhoi, dan hawk. Tank-tank pun masih didominasi produk asing. Tak terkecuali dengan kapal-kapal tempur. Tak heran, jika Wakil Presiden Boediono pada pembukaan Indo Defence 2012 Expo dan Forum di Jakarta, Rabu (7/11), mengatakan Indonesia perlu belajar dari negara-negara yang sukses mengembangkan industri pertahanan. 

Di banyak negara yang sudah sukses mengembangkan industri pertahanan, mereka tidak melepaskan industri itu tumbuh sendiri. Dia menyatakan industri pertahanan adalah salah satu dari industri berteknologi tinggi. Setiap pembuatan perencanaan dan rancangan harus diintegrasikan dengan kemampuan secara luas, termasuk perguruan tinggi. Jika tidak, industri pertahanan akan mandek. Lahirnya UU Industri Pertahanan merupakan perkembangan baik karena akan memberikan guideline yang bisa dipegang semua pelaku. 

Masalahnya sekarang, bagaimana ini diterjemahkan dan direalisasikan dalam program yang lebih operasional dan konkret, selain tentunya menyangkut biaya dan kualitas produknya. Oleh karena itu, Wapres mendorong agar kerja sama dengan industri pertahanan di luar negeri bisa dilaksanakan dengan baik. Kerja sama itu bisa memberikan keuntungan bagi kemajuan kedua industri pertahanan yang bekerja sama.


Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menuturkan lahirnya UU Industri Pertahanan sangat strategis dan fundamental untuk membangkitkan kembali industri pertahanan. Adanya UU ini diyakini akan mendorong kemampuan memproduksi dan pengembangan jasa pemeliharaan dari industri pertahanan semakin berkembang. "Ini akan memberikan dampak, di antaranya kekuatan pertahanan dan keamanan Indonesia menjadi andal. UU ini juga akan menguatkan industri pertahanan itu sendiri untuk mandiri dan memproduksi produk alutsista secara berkesinambungan," ujar dia. Pada 2029 diharapkan industri pertahanan Indonesia sudah bisa disejajarkan dengan industri pertahanan dunia. Capaian itu mungkin akan membuat Habibie terharu.


(Perkembangan Militer)

RUSIA LUNCURKAN RUDAL HIPERSONIK TANPA HULU LEDAK 2014

RUDAL HIPERSONIK TANPA HULU LEDAK

Rudal hipersonik Rusia tanpa hulu ledak



Pada tahun 2014, Rusia akan memproduksi dua rudal hipersonik, 77N6-N dan 77N6-N1. Rudal ini untuk melengkapi sistem rudal pertahanan udaranya, S-400 Triumph dan S-500 Prometheus. Departemen Pertahanan Rusia telah secara resmi menyatakan bahwa "dengan rudal-rudal baru tersebut, sistem rudal permukaan-ke-udara akan mampu menembak jatuh setiap sasaran terbang pada kecepatan hingga 7 km per detik, termasuk menghancurkan hulu ledak nuklir dan rudal balistik." Namun, sistem pertahanan rudal S-500 belum siap sepenuhnya, sedangkan pendahulunya S-400 saat hanya bisa meluncurkan rudal-rudal yang sudah ada, antara lain 48N6 dan 9M96.


Model 77N6-N dan 77N6-N1 akan menjadi rudal Rusia pertama dengan hulu ledak inert (tanpa reaksi/tenaga), yang dapat menghancurkan hulu ledak nuklir dengan kekuatan dampak (benturan/tumbukkannya), yaitu dengan memukul target dengan presisi di kecepatan tinggi. Tidak ada bahan peledak yang diperlukan untuk rudal ini. Perkiraan para insinyur menunjukkan bahwa tabrakan pada kecepatan 7km/detik dipastikan akan menghancurkan hampir semua objek terbang.

Rudal baru ini sangat penting untuk perkembangan lebih lanjut dari perisai anti-rudal di langit Rusia, karena sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara baru Rusia yaitu S-500 sudah masuk layanan namun belum dilengkapi rudal. Saat ini hanya S-400 yang dilengkapi dengan rudal, namun bukan rudal baru, masih menggunakan rudal yang sama yang digunakan pendahulunya S-300. Jangkauan S-300 sekitar 200 km, sedangkan S-400 dirancang untuk mencegat target pada jarak 400 km.


Sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumph
S-400 Triumph
Belum ada rudal baru yang lebih maju untuk melengkapi Angkatan Udara Rusia dan Angkatan Pertahanan Aerospace selain sistem S-400. Sejak tahun 2007, hanya tujuh divisi yang telah dipasok dengan sistem ini, dan 49 divisi lainnya masih menunggu, ini sesuai dengan data resmi Rusia perihal kurangnya rudal untuk ini.

Keadaan semakin buruk setelah produksi S-300 resmi dihentikan sepenuhnya. "S-300 yang terakhir diproduksi untuk Angkatan Darat Rusia pada tahun 1994," kata Igor Ashurbeili, co-chairman dewan pakar non-departemen pada pertahanan kedirgantaraan dan mantan kepala desainer di perusahaan pertahanan Rusia Almaz-Antey. "Sejak itu, Rusia hanya membuat sistem ini untuk diekspor, namun sekarang ekspor untuk S-300 juga telah dihentikan". Moskow memang telah menolak kontrak dengan Iran pada tahun 2010 lalu, menyebabkan kehilangan pendapatan sekitar US$800 juta. "Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri pertahanan Rusia adalah bahwa pesanan untuk S-300 sudah terhenti, namun belum merencanakan ekspor untuk S-400," kata Ashurbeili.




Desain dari S-400 juga belum sepenuhnya optimal. Sistem ini harus sepenuhnya kompatibel dengan rudal jarak pendek, menengah dan jauh. Saat ini S-400 hanya optimal untuk rudal jarak pendek yang dimaksudkan untuk memukul target di kisaran 150 km, soal ini tidak kendala. Rudal jarak menengah juga masih "mentah" dan desainnya juga masih harus ditingkatkan. Rudal jarak jauh untuk sistem ini belum ada, meski rudal seperti ini akan menjadi penghalang serius bagi kendaraan musuh potensial, seperti Airborne Warning and Control Systems (AWACS). Tanpa rudal seperti ini, S-400 tidak bisa memenuhi tujuannya yaitu untuk mencegah target pada jarak jauh.


Radar-radar pertahanan udara Rusia
Radar-radar pertahanan udara Rusia
Adapun sistem masa depan S-500 Prometheus, "Itu adalah S-400, namun dengan rudal jarak jauh," kata Aleksandr Khramchikhin, wakil direktur dari Institut Analis Politik dan Militer Rusia. "S-500 baru akan sempurna pada 2020, tidak lebih awal," katanya. Saat ini, dan untuk 10 tahun kedepan, kemungkinan kemampuan Rusia untuk menghadapi serangan besar dari NATO masih rendah, dibutuhkan waktu lama untuk mengisi ulang amunisi S-300, sehingga dalam kasus terbaik Rusia hanya bisa mematahkan serangan gelombang pertama, yaitu sekitar 100 hingga 200 target yang bisa dilumpuhkan.

Ahli militer Vladislav Shurygin sependapat dengan Khramchikhin: "Untuk saat ini, S-500 masih merupakan mimpi, dan tidak ada yang tahu apakah nantinya akan terwujud atau tidak." Meskipun S-300 sudah harus diganti, namun belum ada pengganti yang cukup untuk mereka. "Inilah sebabnya mengapa Almaz-Antey dihadapkan dengan beberapa tugas yang sangat penting, menangani pengembangan sistem ini bukan hanya menentukan masa depan dari sistem pertahanan anti-rudal, namun juga menentukan nasib negara Rusia secara keseluruhan," Shurygin meyakinkan. Perusahaan ini masih mampu untuk memproduksi produk berkualitas tinggi, namun masih perlu untuk memodernisasi teknologi dan memperbaharui fasilitas produksi dengan cepat.

Dengan kata lain, produksi modern untuk sistem pertahanan rudal adalah tugas komperehensif yang memerlukan inovasi teknologi besar dan modernisasi fasilitas produksi yang ada.







PT. Lundin Bangun KRI Klewang Kedua Januari 2013

     PT. Lundin Bangun Buat KRI Klewang Kedua



KRI Klewang. (Foto: Lundin)


20 Desember 2012, Jakarta: PT Lundin Industry Invest, perusahaan pembuat kapal perang asal Banyuwangi, Jawa Timur, akan memulai pembuatan KRI Klewang kedua pada Januari 2013. "Semoga awal 2013 bisa dimulai," kata Direktur PT Lundin, Lizza, dalam pesan pendeknya, Kamis, 20 Desember 2012.

Menurut Lizza, KRI Klewang kedua akan dibuat dengan bahan yang sama dengan yang digunakan saat pembuatan KRI Klewang pertama, yakni komposit karbon. Namun dilengkapi dengan teknologi anti terbakar sehingga diharapkan peristiwa kebakaran yang menimpa KRI Klewang pertama tidak terulang.

Lizza enggan menjelaskan secara detail mengenai desain dan asal bahan yang akan dipakai dalam pembuatan KRI Klewang kedua. "Masih rahasia," ujarnya. KRI Klewang 625 yang merupakan proyek pertama pesanan TNI Angkatan Laut terbakar Jumat sore, 28 September 2012 lalu. Hasil penyelidikan PT Lundin menyebutkan terbakarnya kapal tersebut karena korsleting listrik saat pemasangan mesin dan instalasi listrik dari galangan ke kapal.

Kepala Dinas Penerangan Komando Armada Timur Surabaya, Letnan Kolonel Yayan Sugiana, menolak berkomentar ihwal pembuatan KRI Klewang dua. Yayan beralasan kewenangan pengadaan alutsista ada di Kementerian Pertahanan. "Saya tidak berhak menjawab, karena kami hanya sebagai pengguna," ucapnya. KRI Klewang 625 sebelumnya didesain sebagai kapal cepat rudal berlambung tiga (trimaran). Kapal yang dibangun dengan biaya Rp 114 miliar ini menggunakan teknologi mutakhir berbahan komposit karbon. PT Lundin mengklaim teknologi komposit karbon merupakan yang pertama di Asia. Kelebihannya, kapal lebih ringan dan irit bahan bakar sehingga bisa melesat denga kecepatan hingga 30 knot.

Perusahaan itu memulai pembuatan Klewang pada 2007 dengan melakukan riset ke sejumlah negara. Pembuatannya baru dilakukan pada 2009. Proyek ini didanai APBN 2009 hingga APBN 2011 senilai total Rp 114 miliar. Namun sebelum Klewang dioperasikan oleh TNI AL, kapal sepanjang 63 meter itu terbakar hebat hingga ludes. TNI AL menilai insiden itu menjadi tanggung jawab PT Lundin karena belum diserahterimakan kepada TNI AL.



Misteri Kapal Selam Indonesia


(IMP) -- Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus menjaga wilayah laut Indonesia yang demikian luas. Bayangkan saja, 2/3 dari wilayah Indonesia adalah lautan. Hal itu kontras dengan pengadaan alutsista untuk matra darat, udara maupun permukaan laut. Lihat saja, alutsista untuk matra permukaan laut terus ditambah dengan: 4 Korvet Sigma, 3 Nakhoda Ragam Class, 1 PKR Sigma 10514, PKR Trimaran KRI Klewang, 4 Heavy Landing Platform Dock KRI Makassar Class, KCR-40 dan kapal-kapal patroli lainnya, BMP-3, Ruda C-705 dan lain-lain. Matra udara ada penambahan: 6 Sukhoi SU30MK2, 16 Super Tucano, 34 pesawat F-16 Block 32++, 9 C-295, 4 Hecules, , Bell 412, CN 235, Rudal anti udara dan lain-lain. Sementara untuk matra darat ada penambahan: 100 MBT Leopard Revo, 50 IFV Marder, MLRS Astros II, ATGM, Meriam Caessar 155mm, Rantis Sherpa, Panser Anoa, 12 Helikopter Fennec, Rudal anti udara Startreak dan lain sebagainya. Pengembangan kekuatan bawah laut yang terkesan ketinggalan, terseok-seok, hanya dijaga dua kapal selam tua. Apakah keputusan itu masuk akal ? 


Memang ada rencana pembuatan 3 kapal selam Changbogo dari Korea Selatan. Namun pengadaan kapal selam ini masih menuai kendala, terkait transfer of technology. Korea Selatan meminta dana yang cukup besar untuk ToT. Bukan itu saja, Korea Selatan pun, mengaku tidak mungkin memenuhi syarat yang diajukan Indonesia untuk pengadaan 3 kapal selam Changbogo. Artinya proyek kapal selam Changbogo ini belum jelas. 


Dengan demikian, banyak lubang besar di bawah laut Indonesia yang menjadi titik lemah negeri ini, sekaligus memberikan jalan masuk bagi kapal selam asing. Kondisi ini menempatkan kapal-kapal permukaan TNI AL dalam posisi berbahaya dan menjadi sasaran empuk. Padahal kita tahu, kapal selam adalah salah satu deteren dalam alutsista militer, karena keberadaannya susah dilacak. Bahkan negara-negara besar seperti AS, Rusia, Inggris, Perancis dan China terus memodernisasi armada kapal selam mereka. Dengan kondisi di atas, apakah tidak aneh Indonesia hanya memiliki 2 kapal selam tua, sebagai pertahanan bawah laut ?. Tentu Aneh. 


Sekarang mari kita bandingkan dengan kapal selam negara tetangga, agar kalkulasi yang kita dapatkan lebih cermat. Negara mini seperti Singapura, memiliki 6 kapal selam modern. Namun mereka terus memperkuat armada bawah laut dengan memesan 4 kapal selam Scorpene class SSKs dari DCNS Perancis. Sebentar lagi Singapura akan memiliki 10 kapal selam yang siap tempur dan menggentarkan. Bahkan Vietnam yang ekonominya masih di bawah Indonesia sedang mendatangkan 6 kapal selam Improved Kilo (Kilo-636 KMV). Kontrak pembelian kapal selam itu dilakukan Vietnam ke Rusia pada tahun 2010, dan akan datang satu kapal selam, setiap tahunnya. 


Adapun Malaysia memiliki dua kapal selam modern Scorpene yang dikerjakan Galangan Kapal Perancis DCNS bersama rekannya Navantia Spanyol. Sebelum menerima kapal selam itu, 150 prajurit Angkatan Laut Malaysia dilatih mengenal dan mengoperasikan kapal selam Agosta Class, yang telah dipensiunkan dari Angkatan Laut Perancis. Malaysia sedang mempertimbangkan penambahan jumlah kapal selam, setelah Angkatan laut mereka terbiasa dengan 2 kapal selam Scorpene yang dibeli dari Perancis. Malaysia memang baru memiliki 2 kapal selam, namun jangan salah kapal selam mereka sudah modern. Selain itu luas laut yang harus dijaga kapal selam Malaysia, jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia. 

Negara tetangga di Selatan, Australia memiliki 6 kapal selam Collin Class yang dibangun bertahap sejak tahun 1996. Kapal selam ini dibuat oleh Australian Submarine Corporation bekerjasama dengan Galangan kapal Kockums, Swedia-Jerman. Australia sendiri telah mencanangkan penggantian 6 kapal selam mereka sejak tahun 2007, dengan nama Project SEA 100. Kapal selam Collins akan digantikan oleh 12 kapal selam yang lebih modern. 


Dengan konstelasi seperti itu, armada kapal selam Indonesia paling kecil secara kualitas-kuantitas dibandingkan negara-negara di sekitarnya. Jumlah kapal selam Indonesia yang hanya dua unit, memang cukup diragukan oleh berbagai pengamat militer internasional. Alasannya, secara hitung-hitungan militer, jumlah itu sangat minim. Keraguan lain disebabkan, hingga saat ini pihak Indonesia maupun Rusia belum pernah terdengar membatalkan pembelian 2 kapal selam Kilo Classa. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menyetujui kredit ekspor untuk pengadaan kapal selam itu sebesar 700 juta USD.


Bahkan sebagian pengamat militer negara asing mempercayai Indonesia memiliki 4 hingga 6 kapal selam Kilo Class. Kalaulah dugaan itu betul adanya, beruntunglah Indonesia. Namun jika dugaan itu tidak benar dan Indonesia hanya memiliki 2 kapal selam tua, tentu kebijakan itu terasa aneh. Yang membuat penasaran adalah, mengapa TNI AL tampaknya tenang-tenang saja, walau hanya memiliki dua kapal selam gaek, sementara armada permukaan laut terus digenjot jumlah dan kualitasnya.


(JKGR/IMP)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...