Sunday, March 3, 2013

PM Malaysia: Pintu Negosiasi Tertutup



LAHAD DATU, (IMP) -- Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Sabtu (2/3/2013), menegaskan, pintu negosiasi dengan kelompok penyusup di Sabah telah tertutup setelah pecah bentrokan yang menewaskan 14 orang, sehari sebelumnya. Najib menyatakan, kelompok itu harus menyerah.

"Para pemberontak dari Sulu itu harus menyerah, atau mereka akan menghadapi tindakan dari aparat keamanan kami," kata Najib, di Subang Jaya, Malaysia, Sabtu, seperti dikutip surat kabar The Star.

Dari Manila, Presiden Filipina Benigno Aquino III menyerukan kepada warga Filipina yang menyusup ke Malaysia itu agar segera menyerah tanpa syarat sekarang juga.

Najib mengatakan, ia telah berbicara dengan Presiden Aquino tentang insiden berdarah itu, Jumat malam. Ia juga menegaskan, saat ini aparat keamanan Malaysia akan melakukan tindakan total terhadap para penyusup yang telah menewaskan dua polisi Malaysia tersebut.

"Saya telah memberi mandat penuh kepada Inspektur Jenderal Kepolisian Tan Sri Ismail Omar dan Panglima Angkatan Bersenjata Tan Sri Zulkefli Mohd Zin untuk mengambil semua tindakan yang dianggap perlu," kata Najib.

PM Malaysia itu juga mengatakan, kapal-kapal Angkatan Laut Malaysia telah dikerahkan ke perairan di sekitar Lahad Datu, Sabah, untuk mencegah para penyusup melarikan diri.

Selama ini, otoritas Malaysia berusaha menghindari pernyataan keras terkait penyusupan ini, dengan harapan para penyusup itu akan pergi dengan damai. Namun, kini, seperti dikatakan Kepala Kepolisian Sabah Hamza Taib, meski para penyusup itu memutuskan menyerah, mereka akan menghadapi tuntutan hukum.


Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar 100-300 warga Filipina selatan yang mengaku sebagai penerus Kesultanan Sulu tiba di kawasan Lahad Datu, Sabah, 9 Februari lalu. Mereka mengklaim wilayah itu sebagai bagian dari Kesultanan Sulu, dengan membawa sejumlah dokumen dari tahun 1800-an.

Para penyusup, yang sebagian bersenjata itu, kemudian dikepung aparat keamanan Malaysia. Pemerintah Malaysia dan Filipina sudah mengimbau mereka untuk segera kembali ke tempat asal mereka, tetapi imbauan itu diabaikan.

Akhirnya, Jumat lalu, terjadi baku tembak antara aparat keamanan Malaysia dan para penyusup. Dua polisi Malaysia dan 12 penyusup tewas.

Pemicu bentrokan belum diketahui pasti. Najib mengklaim dua polisi Malaysia tewas setelah dijebak. "Saya diberi tahu bahwa sebagian penyusup itu telah mengibarkan bendera putih (tanda menyerah), tetapi saat pasukan Malaysia mendekat, mereka malah menembak," ujar Najib.

Presiden Aquino menyatakan, cara yang ditempuh warga Sulu itu salah. "Jika kalian ingin menyampaikan protes, jalan yang kalian tempuh ini salah. Jalan yang adil dan satu-satunya jalan yang benar saat ini adalah segera menyerah," kata Aquino kepada kelompok penyusup itu.

Ratusan warga Filipina itu mengaku datang ke Sabah atas perintah Sultan Jamalul Kiram III. Kiram (74) mengaku sebagai penerus takhta Kesultanan Sulu yang dulu pernah menguasai kawasan selatan Filipina dan sebagian Pulau Kalimantan.

Kekuasaan kesultanan itu pudar sejak seabad silam, dan kini wilayah Sulu menjadi bagian dari negara Filipina dan Malaysia. Meski demikian, Pemerintah Malaysia masih terus membayar sejumlah uang kepada penerus kesultanan itu sebagai kelanjutan perjanjian sewa wilayah sejak era kolonial Inggris.


Juru bicara Kiram, Abraham Idjirani, menegaskan, warga Sulu itu akan tetap bertahan di Sabah. Idjirani mengatakan, kematian para pengikut Sultan itu justru memperkuat tekad mereka untuk terus mempertahankan hak-hak orang Filipina atas Sabah.

Anak perempuan Kiram, Jacel Kiram, menambahkan, ini adalah persoalan kehormatan. "Mereka tak akan kembali ke sini karena kehormatan lebih berharga daripada nyawa. Apalah artinya hidup tanpa kehormatan?" ujarnya kepada stasiun radio DZBB di Manila. 


(AFP/AP/Reuters/DHF/Kompas)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...