Friday, March 28, 2014

TNI Mulai Latih Pilot Apache

(photo : Jimmy van Drunen)

Semarang, (IMP) -- TNI mulai melatih pilot yang akan menerbangkan helikopter serang Apache sebagai salah satu kesiapan sebelum kedatangan alat tempur asal Amerika Serikat itu pada 2017.

"Delapan Apache keseluruhannya baru akan tiba pada 2017," kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman usai kunjungan di Pangkalan TNI Angkatan Darat Bandara Ahmad Yani Semarang, Kamis.

Tahun ini, lanjut dia, para pilot yang akan menerbangkan heli tempur tersebut akan dilatih bekerja sama dengan Amerika Serikat.

Untuk latihan tersebut, Indonesia akan memperoleh pinjaman heli. "Ini kan heli canggih, jadi harus dilatih dahulu," katanya.

Jika telah tiba di Indonesia, kata dia, heli tempur yang menjadi bagian dari penguatan alat utama sistem pertahanan tersebut akan ditempatkan sebagian di Natuna.

"Akan ditempatkan di Natuna, cadangannya di Jakarta," kata dia.

Untuk seluruh alutsista baru, Budiman mengatakan sebagian besar belum datang ke Indonesia. Dia memperkirakan sebagian alat tempur akan datang pada Oktober 2014.

"Diperkirakan pada Oktober 2014, mudah-mudahan lebih dari separuh sudah datang," katanya.


Pramono Bantah Habibie soal Tank Leopard

Teknisi berada di atas Main Battle Tank Leopard yang dipamerkan pada Indo Defense di Jakarta Internatonal Expo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (6/11/2012). Pameran tersebut diikuti 500 peserta dari 40 negara. Ajang unjuk gigi industri alutsista ini akan dibuka hari ini dan belrangsung hingga 10 November.

Jakarta, (IMP) -- Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo angkat bicara, membantah kritik Presiden ketiga RI BJ Habibie soal pembelian tank Leopard oleh bekas kesatuannya itu. Dia berpendapat penilaian Habibie tak tepat.

"Kalau Pak Habibie bilang tank Leopard keberatan berton-ton dan nggak ada jembatan yang mampu dilalui tank ini, saya tanya semenjak tank itu datang ke Indonesia apa ada jembatan yang ambruk ?" ujar Pramono di Jakarta, Jumat (28/3/2014). Sebelumnya, Habibie mengatakan, tank Leopard tak cocok dengan karakteristik Indonesia.

Pembelian 116 tank Leopard bekas dari Jerman terjadi saat Pramono menjabat KSAD. Sejak tank-tank itu tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, dibawa ke Mako Kopassus di Cijantung, dan kemudian dipamerkan di Kemayoran, Pramono mengaku langsung memeriksa apakah ada jembatan yang ambruk karena dilewati Leopard.

"Tidak ada yang ambruk. Saya pun bertanya, Pak Habibie ini kenapa menghina Kementerian PU Indonesia yang buat jembatan ? Jangan selalulah membangga-banggakan produk asing," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini.

Selain itu, Pramono pun menepis pandangan Habibie yang menyatakan Indonesia tak membutuhkan Leopard karena tank ini dirancang untuk gurun pasir. Dia mengatakan, negara-negara seperti Brasil, Singapura, Belanda, dan Jerman yang tak punya gurun pasir juga menggunakan Leopard.

Pramono menambahkan, sekarang tak kurang dari 15 negara memiliki Leopard. Menurut dia, keberadaan tank tersebut akan sangat berguna bagi pertahanan Indonesia dalam situasi genting. 

Diberitakan sebelumnya, Habibie mengkritik keputusan Kementerian Pertahanan membeli tank Leopard. Menurut dia, tank Leopard tak cocok sebagai alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia. 

"Kita impor tank Leopard itu untuk apa ? Itu kan untuk negara padang pasir, bukan negara maritim," papar Habibie saat memberikan pidato penutup dalam seminar Uji Publik Capres 2014: Mencari Pemimpin Muda Berkualitas di The Habibie Center, di Jakarta, Rabu (26/3/2014).

"Skenario perang berubah. Sekarang pembuat tank itu mencari orang yang mau bayar besi tuanya. Pakai dong otaknya," ujar Habibie. Terlebih lagi, lanjut dia, tank tersebut memiliki berat mencapai 60 ton. 

Alat seberat itu, menurut Habibie, tidak akan cocok dioperasikan di Indonesia. "Belum tentu bisa lewat jembatan, tidak kuat nanti jembatannya. Dan, saya dengar akan datang langsung 120 (buah), mau taruh di mana ?" ujarnya. 

Habibie meyakini Kementerian Pertahanan sudah mengetahui kondisi-kondisi teknis itu. Namun, menurut dia, Kemenhan sepertinya lebih mementingkan unsur ekonomi dibandingkan unsur teknis dari pembelian tank itu.


Wednesday, March 26, 2014

F-5 Tiger TNI AU Masih Berfungsi Baik

Pesawat tempur F-5 Tiger TNI AU (photo : Kaskus Militer)

Solo, (IMP) -- Komandan Skadron Udara 14 di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahjudi, Letnan Kolonel Penerbang M Nurdin, mengatakan, pesawat tempur F-5E/F Tiger II di skuadron udara itu masih berfungsi sangat baik. 

Kesiapsiagaan jajaran pesawat tempur buatan Northrop, Amerika Serikat, itu masih sangat baik. "Sejak diperintahkan scramble, F-5 itu bisa langsung diudarakan," kata dia, di Solo, Jawa Tengah, Senin. Dia memimpin jajarannya dalam latihan tempur udara di Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sumarmo, Solo. 

Biasanya, latihan bersama Skuadron Udara 15 (T-50 Golden Eagle) seperti itu dilaksanakan di Madiun; namun dipindah ke Solo karena ada pemasangan alat pengait (arrester) di landas pacu di pangkalan mereka. Alat ini mirip seperti pengait yang dipasang bersama jaring penahan di kapal-kapal induk. 

Menurut dia, F-5E/F Tiger II yang dibeli Indonesia pada 1980 itu sejak awal memang dirancang sebagai pesawat interceptor alias penyergap di udara. Konsep pertempuran yang pas untuk F-5 adalah menyergap, bukan dengan memata-matai terlebih dulu. 

Sejak dibeli 34 tahun lalu, F-5E/F Tiger II itu telah mengantar banyak penerbang tempur TNI AU mengantongi ribuan jam terbang dan meraih pangkat, jabatan, dan posisi-posisi puncak. TNI AU dan Angkatan Udara Kerajaan Thailand menjadi pemakai utama F-5E/F Tiger II di ASEAN. 

Thailand bahkan mengakuisisi dalam jumlah jauh lebih banyak ketimbang Indonesia. 

Thailand, Chile, dan Brazil bahkan membangun program perpanjangan dan pemutakhiran F-5E/F Tiger II ini sesuai keperluan mereka. Sedangkan Indonesia tidak, memilih mengganti.


Wednesday, March 19, 2014

Harap -harap Cemas Kehadiran Si Badai, Sang Ksatria Baru Pengawal Angkasa Nusantara


Jakarta, (IMP) -- Siapa yang tidak kenal dengan Rafale? Pemerhati dunia militer, khususnya dunia aviasi militer pastilah mengenal sosok pesawat tempur andalan Armee de l’Air atau AU negeri Pakdhe Sarkozy ini. Sosok pesawat tempur, yang dijuluki Bill Gunston “the most beautiful fighter aircraft ever”, kini sedang menjadi buah bibir di bebagai media publikasi militer, bukan karena segudang prestasi tempur, tapi karena kegagalannya memenangkan kontrak pesanan dari bebeberapa negara sepanjang 3 tahun terakhir. Sebegitu burukkah nasib si Badai ini? Tak adakah keberuntungan yang menaungi si Badai yang baru diproduksi 160 unit ini?

Ternyata dewi fortuna berpihak pada Rafale, durian runtuh buat Dassault, Thales, dan SNECMA sebagai system vendor utama Rafale. Siapakah yang jadi dewa penolong Rafale?Sebelum mengungkap tabir misteri pemberi napas baru program Rafale, kita bedah dulu si Badai ini.


Rafale, adalah pesawat tempur generasi 4+ yang menjadi andalan Armee de l’Air (AU Prancis) yang digadang-gadang sebagai ujung tombak armada untuk menggantikan Mirage 2000 dan Mirage F1 sebagai frontline fighter. Uniknya, desain pertama Rafale adalah mengacu pada “carrier based fighter” atau pesawat tempur yang berpangkalan di kapal induk yang kemudian konsep desain berkembang dan diaplikasikan untuk versi AL dan AU. Peran utama yang diemban Rafale adalah superioritas udara, interdiksi, pengintaian, dan platform strategis peluncur rudal nuklir.

Meskipun memiliki dimensi fisik relatif kecil, Rafale mampu bawa persenjataan dalam volume yang sanggup membuat mata terbelalak. 9,5 ton persenjataan pada 14 cantelan di bawah perut, pastilah suatu angka yang impresif, bukan? 14 cantelan itu bisa diisi berbagai “aksesoris” mulai dari rudal AAM MICA dan Meteor. Khusus untuk baseline F3 dan F3R, berbagai macam senjata anti permukaan baik itu itu rudal macam Exocet AM39, Hammer AASM, atau rudal jelajah gress SCALP EG, serta berbagai jenis bom pintar dapat dibawa oleh Rafale.

Itu soal tentengan, bagaimana dengan jeroan? Bicara jeroan, Rafale memiliki sederet sensor yang menjadi mata dan telinga yang diakui oleh industri adalah salah satu yang terbaik di dunia. “Mata” sang Badai, bertumpu pada radar Thales RBE2 PESA (passive electronically scanned array)/AESA pada varian F3R. Selain radar, sistem pengindera pasif dengan sensor optik/infra merah OSF racikan Thales, yang merupakan sistem penjejak optik/infra merah pertama yang muncul di pespur Barat (sebelumnya hanya dimiliki oleh Flanker family dan MiG-29M milik Rusia).

Selain kedua sensor tersebut, Rafale memiliki suatu piranti yang tak kalah eksotis dan sudah teruji dalam medan tempur, dan berbagai ajang latihan taktis bersama negara NATO. Piranti tersebut adalah SPECTRA, bikinan Thales dan MBDA, yang berfungsi sebagai perangkat perang elektronika (pernika)/electronic warfare. Perangkat ini yang membuat Rafale satu-satunya pesawat tempur NATO yang mampu lolos dari sergapan S-300V dalam suatu simulasi latihan.

Jet Tempur Rafale Prancis (photo by Andrew Dro)

Saat TNI AU mulai mempublikasikan wacana pengadaan pespur sebagai pengganti F-5, sederet nama kandidat mulai bermunculan. Dan Rafale, muncul sebagai salah satu kandidat utama. Apa alasan akhirnya Rafale jadi kandidat kuat. Simak saja fakta dibawah ini:

  • -Red Flag exercises: Rafale C sukses membukukan skor kill total 26-3 dalam skenario CAP-WVR dan kill 20-2 dalam CAP-BVR. Rafale menjadi bagian dari blue force, melawan red force yang terdiri dari F-15, F-16, dan EF Typhoon.
  • -Red Flag exercises: Rafale C sukses menghindari lock on dari sistem SAM yang disimulasikan S-300V. Menjadi satu-satunya pemegang rekor “no kills by SAM” dalam sejarah Red Flag!
Dassault sudah mengendus peluang ini dan pernah mengirimkan proposal acquisition offering. Sayang, proposal pertama ini gagal, meskipun dari sisi user sendiri sudah menunjukkan minat tinggi. Kegagalan ini disebabkan karena dassault tidak bersedia memenuhi permintaan ToT kita untuk program IFX dengan skema harga dan volume pembelian yang kita mau. Bayangkan saja mereka menuntut kita untuk beli 64 Rafale B/C baseline F3 dan F3R dengan harga fantastis yang tidak mungkin kita jangkau. Sebagai informasi, item ToT mencakup engine Snecma M88, radar Thales RBE2, dan avionics system integration.

Namun, ternyata kebutuhan financing mereka untuk program baseline F3R memaksa Dassault cs kembali datang dengan menawarkan skema baru yang lebih atraktif. Selain ada price per unit yang 22% lebih rendah dari initial offering, juga ada ToT penuh untuk spare parts, dan teknologi sensitif yang melekat pada Rafale. Mereka juga setuju untuk memberikan teknologi mesin SNECMA M-88B-4, radar RBE2 AESA, dan seluruh perangkat perang elektronika SPECTRA, serta source code data link yang memungkinkan Rafale bisa “ngobrol” dengan armada Sukhoi kita! Selain itu mereka juga siap mendukung program pengembangan “network centric battle management system” yang sedang dirintis oleh Dephan.

Gayung bersambut, proposal terbaru tersebut sudah mendapat clearance berlapis, hingga ke tingkat decision maker tertinggi. Skema yang disetujui adalah sebagai berikut: 
    1. 16 units of Rafale C singe seater F3 variant. 
    2. 8 units of Rafale B twin seater F3 variant.
    3. Provision of latest upgrade of Damocles IRST (baseband 3.00A2). 
    4. Provision of SPECTRA jamming pod (undisclosed quantity). 
    5. Provision of MICA AAM (IR/active radar homing) undisclosed quantity. 
    6. Provision of complete package of spare parts, logistic and technical support, and operational management support. 
    7. Provision of comprehensive air and ground crew training program (both on Dassault and local sites).
    8. Phase 2 acquisition programme (delivery Q3 2015 – Q4 2016
      1. 24 units of Rafale C single seater F3 variant.
      2. 6 units of Rafale B single seater F3 variant.
      3. Provision of SPECTRA jamming pod (batch 2).
      4. Provision of MICA AAM. 
      5. Provision of MBDA Meteor (undisclosed quantity).
      6. Initial transfer of technology programme.
      7. Phase 3 acquisition programme (delivery Q1 2017-Q4 2017). 
        1. 18 units of Rafale C single seater F3R variant. 
        2. Upgrade 24 units of batch 1 into F3R variant.
        3. Full scheme ToT execution.
        4. Provision of MBDA Meteor AAM.
        5. Provision of Hammer AASM, SCALP air to ground missile (undisclosed quantity).
        6. Phase 4/Final acquisition programme (2018) 
          1. Upgrade 30 units of batch 2 into F3R variant. 
          2. Final programme delivery to user. 
Selamat datang….. Rafale, kami rakyat Indonesia menyambut hangat kedatanganmu. Semoga angkasa nusantara akan semakin aman dengan kehadiranmu. 


(by Narayana / jkgr)

Sunday, March 16, 2014

Lapan Uji Terbang Pesawat EDF dan Turbo Jet

Pesawat EDF siap diterbangkan (all photos : 8ptrkendali)

(IMP) -- Lapan melaksanakan uji terbang pesawat EDF dan Turbo Jet di Landasan Pesawat, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, Rabu (5/3). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pengujian LSU atau pesawat tanpa awak dan rangkaian pengembangan bidang peroketan.


Pesawat Electric Ducted Fan atau EDF telah diujiterbangkan sejak 2013 dan sukses terbang pada Desember 2013. EDF dapat menempuh kecepatan terbang minimal 200 kilometer per jam. “Pada pengujian kali ini, kami untuk ke sekian kalinya mengulang kesuksesan melakukan uji terbang, pesawat menempuh kecepatan terbang sesuai yang ditargetkan!” tutur Kepala Bidang Teknologi Kendali dan Telemetri yang sekaligus menjadi Kepala Program EDF dan Turbo Jet, Herma Yudhi Irwanto, M. Eng.


Selain menerbangkan EDF, Lapan juga menguji terbangkan RKX 200 TJ. Uji terbang tersebut merupakan bagian pengembangan lanjutan dari pesawat EDF. “Untuk pesawat RKX 200 TJ ini, tahun ini Lapan kembangkan EDF dengan mesin jenis turbo jet yang direncanakan terbang menjangkau kecepatan 250 km/jam,” ujarnya. Meski belum autopilot, menurut Herma Yudhi, target tersebut dapat terpenuhi pada pengujian perdana ini.


Proses tersebut menjadi catatan yang membanggakan bagi Lapan. Hal tersebut merupakan langkah maju pengembangan peroketan Lapan sebagai tahapan pengembangan roket besar yang dapat digunakan untuk peluncur satelit.


Saturday, March 15, 2014

Putin : Jangan Paksa Rusia Ratakan Bumi Eropa


Moscow, (IMP) -- Kesabaran Presiden Rusia, Vladimir Putin, tampaknya ada batasan juga. Selain itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, bukan negarawan bau kencur yang mudah digertak Amerika Serikat dan NATO, saat mereka melakukan manuver militer gabungan di Laut Hitam.

Bahkan, penguasa Kremlin itu balik menggertak AS dan NATO bahwa jangan coba-coba untuk memprovokasi Rusia dengan moncong senjata.

Kebijakan kami di Ukraina jelas, bahwa ada kudeta dan kami tidak sepaham dengan Barat. Jadi jangan terlalu mencampuri urusan Rusia, sama seperti kami tidak mencampuri urusan kalian saat menginvasi negara lain,” tegas Putin, dilansir Inter-fax, Kamis (13/03/2014) di Kremlin.

“Pesan kami juga jelas kepada kalian, jauhkan moncong senjata kalian dari halaman kami. Sejujurnya, kalau terpaksa, kami bisa ratakan Eropa jika kondisi tidak terkendali,” lanjut Putin dengan nada geram.

Pernyataan keras Putin itu, membalas pernyataan dari Sekretaris Gedung Putih, Jay Carney yang menyebut latihan militer AS dengan kapal perang Rumania dan Bulgaria di Laut Hitam merupakan pesan yang jelas bagi Rusia.

Kami meningkatkan dengan jelas bantuan ke negara-negara itu dalam kasus Ukraina dan ini adalah pesan jelas ke Rusia yang melawan hukum internasional dan melanggar integritas teritorial Ukraina,” ujar Carney.


Friday, March 7, 2014

Rantis Berpeluncur Roket Terbaru Diuji Coba


(ARC/IMP) -- Inilah pertama kalinya kendaraan taktis (Rantis) 5 ton 6x6 "peluncur roket" produksi Balitbang Kemhan beraksi. Rantis berikut roketnya ini beraksi di kawasan pantai santolo indah pameungpeuk, garut jawa barat pada kamis (06/03).

Rantis hasil karya anak bangsa ini berhasil meluncurkan 2 buah roket RHAN 1220 produksi bersama konsorsium roket nasional tanpa kendala apapun. Dengan sudut elevasi 50 derajat dan azimut 250 mengarah ke laut selatan roket mampu meluncur sejauh 14 kilometer. Bersamaan dengan itu, RHAN- 1220 B yang merupakan varian baru dari RHAN dengan kaliber 122, juga berhasil diluncurkan dari laras GRAD pada peluncur Perkasa.


Menurut Kepala pusat Peneltian dan pengembangan litbang alat peralatan pertahanan (kapuslitbang Alpalhan Balitbang kemhan) Brigjen TNI yul Afiandi, Rantis 5 ton 6x6 peluncur roket ini merupakan produksi dalam negeri yang dihasilkan dari penelitian Balitbang Kemhan bekerjasama dengan Pindad dan mitra kerja swasta lainnya.

Sebelum digunakan dalam kagiatan peluncuran, rantis tersebut juga sudah diadakan uji coba kelayakan berbagai medan di wilayah jawa barat. Meski sudah berhasil meluncurkan roket, Rantis ini tetap akan dikembangkang lebih lanjut baik dari sisi kendaraan ataupun peluncur roket.


(ARC)

Thursday, March 6, 2014

Pemerintah akan Danai Rp 600 Miliar Proyek Pembuatan 'Adik' Pesawat N250


Jakarta, (IMP) -- Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) siap mengembangkan pesawat perintis jenis terbaru yaitu N245. LAPAN akan mengeluarkan anggaran hingga Rp 600 miliar untuk membuat dan mengembangkan pesawat ini.

Pesawat dengan tingkat jelajah jauh lebih besar dari N219 ini, nantinya dapat mengangkut jumlah penumpang hingga 45 orang. Sebelumnya Mantan Menristek BJ Habibie sempat membuat beberapa prototipe pesawat N250 dengan kapasitas 50 orang penumpang.

"Anggarannya besaran kita perkirakan nggak terlalu beda dari pesawat N219. Barangkali harga mesin saja yang beda. Kalau sekarang dengan proyek N219 sebesar Rp 400 miliar dapat 2 pesawat mungkin N245 ini kalau kita coba bikin sekitar 1,5 lebih tinggi atau sekitar Rp 500 hingga Rp 600 miliar," kata Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN Gunawan S Prabowo kepada detikFinance, Senin (3/3/2014).

Menurutnya pesawat N245 adalah proses pengembangan dari pesawat sebelumnya yang sudah ada yaitu CN235. Hanya saja tim ahli LAPAN dibantu PT Dirgantara Indonesia (PT DI) nantinya akan memodifikasi di bagian ekor pesawat. Dengan adanya modifikasi tersebut jumlah penumpang bisa bertambah sebanyak 10 orang menjadi 45 orang. Pesawat CN235 hanya dapat menampung 35 penumpang.

"Sebetulnya pesawat jenis ini hanya pengembangan N-235. Hanya di belakang sayap itu pakai pintu belakang ternyata kalau dikonversi bisa menambah tempat duduk sebanyak 10 orang," imbuhnya.

Ditargetkan pesawat N245 mulai dilakukan pengembangan pada awal tahun 2017 dan rampung di tahun 2020. Spesifikasi pesawat sepenuhnya dibuat di dalam negeri hanya mesin pesawat masih diimpor dari negara lain. Mesin yang akan digunakan pesawat N245 mempunyai daya jelajah lebih tinggi dan cepat dibandingkan N219 dan CN235. 

Sehingga diharapkan dengan adanya pesawat N245 pihak maskapai penerbangan nasional dapat membeli produk pesawat buatan anak bangsa ini. Apalagi di era sekarang bisnis penerbangan perintis sedang naik daun.

"Pasar penerbangan perintis semakin besar lalu membangkitkan kembali industri pesawat lokal. N245 dengan jelajah lebih tinggi nantinya diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan Airlines kita," jelasnya.

Saat ini PT DI dan LAPAN sedang mengerjakan proyek N219 yang targetnya bisa mengudara dan mulai dikembangkan secara massal di 2016.


KKIP: Belum Ada Pembicaraan Soal Ekspor Rudal C705 Versi Indonesia


JAKARTA, (IMP) -- Juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) RI, Silmy Karim menampik pemberitaan yang diluncurkan media Taiwan, Senin (3/3) kemarin.

Di situ disebutkan, Pemerintah Cina menuntut uang tambahan dari Indonesia atas rencana ekspor rudal antikapal C705 produksi sendiri ke pasar luar negeri. Prototipe rudal C705 sejatinya adalah buatan Cina.

“Belum ada pembicaraan soal itu (rencana penjualan rudal C705 produksi sendiri ke luar negeri). Yang ada baru pembahasan tentang produksi misil untuk memenuhi kebutuhan kita (Indonesia) saja,” kata Silmy saat dikonfirmasi ROL, Selasa (4/4).

Media di Taiwan, Want China Times, sebelumnya menyebutkan Indonesia membeli 40 rudal antikapal C705 dari Cina. Hal ini diungkapkan dalam pertemuan antara para pejabat tinggi militer Cina dan Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Staf Umum Tentara Rakyat Cina Jenderal Fang Fenghui dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, di Beijing, akhir bulan lalu.

Want China Times menuliskan, pembelian misil tersebut awalnya direncanakan untuk melengkapi sejumlah kapal cepat rudal (KCR-40) milik TNI Angkatan Laut RI.

Rudal C705 sendiri dirancang dan diproduksi oleh perusahaan industri pertahanan yang berbasis di Beijing, Aerospace Science and Industry Corporation. 

Akan tetapi, tulis laman Taiwan itu lagi, Cina ternyata menolak menyerahkan teknologi (ToT) C705 sepenuhnya ke Indonesia. Ini dikarenakan masih banyaknya negara lain yang mencari atau membeli senjata canggih tersebut dari negeri tirai bambu. 

Beijing malah meminta biaya tambahan dari RI untuk mengamankan hak memproduksi rudal C705 sendiri. Namun, hal ini juga dibantah Silmy. Menurut dia, Cina menyerahkan sepenuhnya teknologi C705 kepada Indonesia. 

Jadi, tidak ada masalah sebenarnya. Saya malah jadi bertanya, media itu mengambil perkataan saya dari mana? Saya sendiri tidak ikut ke Beijing (menemani Panglima TNI Moeldoko),” jelas Silmy.


Lebih Dekat Dengan Fregat Sigma 9814 Angkatan Laut Vietnam

Fregat Sigma 9814 Angkatan Laut Vietnam (all photos : Kienthuc, DatViet) 

(IMP) -- Berkenaan dengan berlangsungnya pameran maritim internasional Vietship 2014 yang diselenggaran di Hanoi-Vietnam, galangan kapal Belanda DSNS (Damen Schelde Naval Shipbuilding) turut memamerkan model kapal fregat Sigma 9814 pesanan Angkatan Laut Vietnam.


Damen membawa 2 model kapal Sigma 9814, keduanya mirip, yang membedakannya hanyalah bagian buritan kapal, tipe pertama menggunakan hanggar helikopter, sedangkan tipe kedua tidak menggunakan hanggar helikopter.


Kapal Sigma 9814 Angkatan Laut Vietnam ini mempunyai ukuran panjang 99,91 m, lebar 14,02 m, draft 3,75 m, bobot penuh 2.150 ton, dan jumlah awak 103 orang.


Persenjataan utama Sigma 9814 terdiri dari kanon utama Oto Melara 76mm tipe stealth cupola. Kanon supercepat ini mampu memuntahkan peluru 120 rounds/menit dan mampu menghajar sasaran hingga jarak 16 km.


Persis di belakang kanon utama berjajar 12 tabung peluncur rudal permukaan ke udara tipe vertical launch system. Jenis rudal yang dipakai adalah VL MICA, rudal berkecepatan hingga 3.0 mach ini berjarak jangkau efektif 10 km. Rudal ini dapat menerima data target dari beberapa sistem sensor, VL MICA dapat dioperasikan secara independen atau terintegrasi dengan jaringan pertahanan udara yang lebih luas.


Kanon sekunder Sigma 9814 menggunakan 2 naval cannon jenis Oto Melara Marlin WS kaliber 35mm/30mm. Kanon ini mampu memuntahkan peluru hingga 220 rounds/menit untuk tipe 25mm atau 160 rounds/menit untuk tipe 30mm. Kanon pertama dipasang di bagian depan, tepatnya di bawah bridge, sedangkan kanon kedua diletakkan tepat di atas hanggar helikopter. Belum jelas apakah Vietnam akan memilih tipe 25mm ataukah 30mm.


Untuk rudal permukaan ke permukaan dipilih rudal Exocet MM40 Block III dengan tipe peluncur 2x4 tabung. Rudal dengan hulu ledak 155 kg ini sanggup melesat hingga Mach 0.9 dan mampu menghancurkan sasaran pada jarak 180 km.


Agak mengherankan bahwa tidak ditemukan peluncur torpedo pada kapal Sigma 9814 ini, meskipun demikian diperkirakan kapal ini tetap memiliki 2 peluncur torpedo anti kapal selam berukuran 324 mm. Peluncur torpedo ini kemungkinan tidak diletakkan di geladak atas namun di badan samping kapal dan dilengkapi pintu penutup.


Untuk heli kapal selam Vietnam masih mempercayakannya kepada heli Kamov Ka-28 buatan Rusia. Heli ini mempunyai bobot 11 ton, namun demikian hanggar yang disediakannya tidaklah mencukupi, patut diduga bahwa hanggar tersebut akan digunakan sebagai hanggar UAV. Tipe yang digunakan kemungkinan adalah rotor UAV jenis S-100 Camcopter buatan Schibel.


Kapal ini juga dilengkapi 2 speedboat karet jenis RHIB yang diletakkan di bagian belakang persis di samping hanggar, untuk jenis yang tanpa hanggar kedua perahu karet ini disimpan dalam posisi tertutup. 


Sama seperti tipe kapal Sigma lainnya buatan DSNS, kapal ini akan menggunakan sistem manajemen pertempuran TACTICOS buatan Thales. Thales juga memasok Radar SMART-S Mk 2 yang terpasang di ujung tiang utama kapal dalam keadaan berputar mampu mendeteksi sasaran hingga jarak 250 km. dan mampu melacak 500 sasaran secara simultan tidak terkecuali pesawat terbng, helikopter, rudal dan UAV. Untuk sistem kontrol tembakan, fregat ini menggunakan electro-optical fire control system pasokan Thales jenis STING EO Mk 2.

Modernisasi Angkatan Bersenjata Vietnam terus saja berlanjut, fregat buatan Belanda ini kelak akan berpasangan dengan fregat kelas Gepard 3.9 yang telah lebih dulu bertugas menjaga perairan Vietnam.


(Defense Studies)

TNI AD Operasikan 28 Panser Korea Selatan

Panser Tarantula TNI AD (photo : jaka92)

(IMP) -- TNI Angkatan Darat mengoperasikan 28 panser kanon Ta­rantula buatan Korea Selatan dengan kanon Cockerill Mk III ukuran 90 milimeter. Kepala Staf TNI AD Jenderal (TNI) Budiman, yang ditemui di Jakarta, Kamis (27/2), mengatakan, untuk pertama kalinya TNI AD menggunakan panser buatan Korsel dengan penggerak enam roda tersebut ditempatkan di Jakarta dan Jawa Timur.

Ada 20 unit ditempatkan di Jakarta dan delapan unit di Jawa Timur di sebuah batalyon kavaleri di Pasuruan,” kata Budiman. Panser tersebut dibuat atas kerja sama pabrikan Korsel dengan PT Pindad di Bandung, Jawa Barat. 

Uji tembak sudah dilakukan dengan beragam munisi 90 milimeter pada Oktober 2013 di Cipatat, Jawa Barat. Panser kanon tersebut memiliki keunggulan, antara lain, tolak balik (recoil atau entakan) saat menembakkan meriam tidak terasa. KSAD mengatakan akan melakukan transfer teknologi semak­simal mungkin dalam proyek Tarantula.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...